MEDC meraih utang bank US$ 200 juta Unknown Kamis, 26 November 2015


PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) meraih utang perbankan untuk proyek hulu gas di lapangan Senoro, Senoro Toili Blok PSC, Sulawesi Tengah.

Pinjaman itu diperoleh melalui anak usahanya, PT Medco E&P Tomori Sulawesi. Medco meneken perjanjian fasilitas berjangka (term facility agreement) dengan lima bank, yakni Bank ANZ Indonesia, Bank DBS Indonesia, Bank Mandiri, Bank Standard Chartered dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation.

Lima bank itu memberi fasilitas utang US$ 200 juta. Standard Chartered menjadi koordinator utama fasilitas itu. Pada komitmen awal, fasilitas berjangka yang diperoleh Medco US$ 350 juta. Tapi, Medco hanya akan mengambil US$ 200 juta.

Dengan tambahan utang itu, sepanjang tahun ini Medco sudah menerima US$ 600 juta untuk investasi dan membiayai kembali utangnya. "Kami masih dapat memperoleh pendanaan di tengah harga minyak yang rendah," ujar Lukman Mahfoedz, Direktur Utama Medco dalam keterangan resmi, Selasa (24/11).

Dalam RUPSLB kemarin (25/11), posisi Lukman digantikan Hilmi Panigoro sebagai Direktur Utama MEDC (lihat boks). Proyek Senoro memang menjadi prioritas utama Medco tahun ini. Sebagian besar belanja modal perseroan juga dialokasikan ke proyek tersebut.

Sejak April 2015, ketika fasilitas produksi gas mencapai penyelesaian mekanik, proyek hulu gas Senoro telah memproduksi gas di atas kewajiban kontrak harian sebesar 250 MMSCF per hari. Adapun target produksi gas terakumulasi 69.440 BBTU pada akhir 2015.

Sampai kini, gas itu telah dialirkan ke PT Donggi Senoro LNG, perusahaan patungan Medco, PT Pertamina, Mitsubishi dan Kogas, untuk memproduksi LNG. Donggi Senoro LNG telah mengirimkan sembilan kargo kapal LNG dan berharap dapat mengirimkan 12 kargo kapal ke pembeli hingga akhir tahun ini.

Dengan dana kas yang terbatas, Medco membutuhkan utang untuk mendanai sejumlah ekspansi. Medco juga harus kembali refinancing utang. Pada Mei lalu, Medco melalui anak usahanya di Singapura, Medco Energi Global Pte Ltd, merilis medium term notes (MTN) sebesar S$ 100 juta.

MTN itu berkupon 5,9% per tahun dengan tenor tiga tahun. Penerbitan MTN itu bagian program MTN berkelanjutan Medco senilai maksimal S$ 500 juta. Tahun depan, MEDC berencana refinancing utang US$ 260 juta.

Saat ini, separuh utang sebesar US$ 133 juta telah mendapatkan fasilitas pinjaman refinancing dari Bank BNI.

Analis Waterfront Securities, Oktavianus Marbun menilai, besarnya utang dollar AS bisa menambah beban keuangan MEDC. Salah satu cara menjaga beban adalah efisiensi. "Tahun depan, harga minyak belum tentu pulih," ujar Oktavianus.

Aksi korporasi ini bisa mendorong transaksi MEDC. Di jangka pendek dia memprediksi, saham Medco Rp 1.200-1.250 per saham. Harga MEDC kemarin naik 3,11% ke Rp 1.160 per saham.

Sumber: Kontan
Tags: