Malang - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darwin Nasution memandang Indonesia memiliki potensi besar dalam meningkatkan ekonomi, salah satunya dengan memanfaatkan perkembangan teknologi atau e-commerce atau perdagangan elektronik.
"Peran digital sangat besar, yang mendasar adalah keterbukaan akses informasi seluas-luasnya yang kemudian dapat meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian masyarakat dalam proses pemerintahan dan pembangunan," kata Darwin dalam orasi ilmiah Dies Natalis Universitas Brawijaya ke-54 di Gedung Samantha Krida, Kamis (5/1/2017).
Dikatakan, dengan teknologi digital, segala sesuatu menjadi mudah diakses, sehingga diperlukan kematangan berpikir untuk memilih dan memilah hal-hal yang baik serta perlu kegesitan dalam mengambil kesempatan.
Salah satunya kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam perekonomian global secara lebih aktif, khususnya di sektor perdagangan yang saat ini telah menggunakan basis digital atau yang biasa disebut dengan e-commerce.
Dalam jangka menengah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan visi untuk menempatkan Indonesia sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020, dengan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya untuk produk dan pelaku lokal. Jangan sampai kesempatan emas ini terlewat begitu saja dan Indonesia hanya menjadi pasar bagi produk dan pelaku asing.
Untuk mencapai visi tersebut, target yang ditetapkan di antaranya adalah tercipta 1.000 digital start-up dengan valuasi bisnis sebesar US$ 10 miliar. Dengan jumlah startup yang meningkat, maka diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kegiatan e-commerce hingga mencapai 50% per tahun.
"Transaksi e-commerce diproyeksikan mencapai US$ 130 M pada tahun 2020. ndonesia telah memiliki potensi yang cukup besar sebagai modal pengembangan ekonomi digital. Data bulan Januari tahun 2016 menyatakan bahwa potensi infrastruktur TIK telah mencakup sekitar 90% dari populasi dengan lebih dari 126% tingkat penetrasi mobile. Selain itu, tingkat pengguna internet juga telah mencapai 51,8% dari total penduduk Indonesia," jelasnya.
Masih disampaikan Darwin, aktivitas transaksi digital harus dapat menjadi gerakan inklusif yang melibatkan semua pihak dan seluruh lapisan masyarakat.
Sektor retail saat ini marak diperjualbelikan secara online dengan komoditas utama kebutuhan rumah tangga. Namun untuk menangkap manfaat yang lebih luas, kita juga harus mampu merangkul sektor ekonomi lokal seperti pertanian, perkebunan, perikanan, dan sektor lokal lainnya untuk ikut bermain secara aktif dalam perdagangan berbasis elektronik.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan keterkaitan desa-kota dan mendorong perekonomian lokal, karena e-commerce telah mengubah cara bertransaksi menjadi lebih luas tanpa batasan baik ruang maupun waktu.
![]() |
Diharapkan melalui e-commerce, para pelaku usaha lokal di perdesaan dapat beralih menjadi UMKM digital sehingga dapat meningkatkan dan memperluas usahanya, dan akhirnya meningkatkan produktivitas dan kesejahteraannya. Sebagai negara dengan beragam potensi dan sumber daya yang menyebar di seluruh pelosok negeri, transaksi berbasis digital ini harus dapat kita manfaatkan untuk menjadi alat bagi pemerataan pertumbuhan ekonomi.
Aplikasi-aplikasi berbasis teknologi digital bagi petani dan nelayan ini akan membantu mendekatkan antara produsen dan konsumen tanpa harus melalui mata rantai yang panjang, sehingga dengan memanfaatkan platform e-commerce harga di tingkat petani dan nelayan menjadi semakin baik.
Dan juga aplikasi-aplikasi ini dapat mengkorporasi para nelayan dan petani agar mempunyai skala ekonomi sehingga mempunyai kekuatan untuk akses ke permodalan dan akses ke pasar. Dibanding sistem perdagangan konvesional, e-commerce yang memberikan berbagai kelebihan.
"Banyak dari manfaat e-commerce, yakni ekspansi pasar, rantai perdagangan lebih efesien, pemasaran lebih mudah dengan biaya murah," terangnya.
Namun dikatakan Darwin, ada beberapa tantangan serta masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Karena untuk mencapai pemerataan melalui transaksi digital harus tersedia infratruktur internet. Dan yang terpenting menjaga keamanan transaksi elektronik.
Karena data tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 130 juta pengguna internet di Indonesia, hampir 30% atau sejumlah 30,4 juta pengguna merasa transaksi online tidak aman.
Tantangan lainnya ialah terkait sektor pendukung untuk meningkatkan kualitas transaksi digital, salah satunya adalah konektivitas logistik. Sebagai negara kepulauan yang besar, Indonesia memerlukan sebuah sistem logistik yang terintegrasi tidak hanya antar kota dan pulau besar, tapi juga yang dapat menjangkau seluruh daerah.
"Oleh karena itu untuk mendorong Indonesia sebagai pemain utama digital ekonomi yang menjadi fokus ialah pengembangan pelaku usaha. Dalam hal ini dapat dikelompokkan yaitu wirausaha di bidang teknologi digital atau yang biasa disebut dengan start up, dan unit usaha (khususnya UMKM) yang didorong untuk go digital. Serta keterlibatan pemerintah secara langsung menyusun skema pendanaan dalam rangka menumbuhkan bisnis Tech Start-up lebih banyak lagi," beber Darwin.
Sumber: Detik