Sri Mulyani Cerita Penyebab Ekonomi China Tumbuh Lambat Unknown Rabu, 10 Agustus 2016


Jakarta -Gejolak ekonomi yang tidak menentu membuat Indonesia harus kembali merasakan efek dari krisis ekonomi global di tahun 2008 silam. Sebelumnya di tahun 2008, Indonesia juga terdampak langsung dari krisis ekonomi asia di tahun 1997-1998.

Berbeda dengan krisis ekonomi di akhir 1990an, krisis ekonomi global di tahun 2008 mampu dilewati Indonesia dengan mulus di tengah anjloknya perekonomian seperti China dan negara-negara lain di Eropa dan Asia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani berbagi ceritanya bagaimana raksasa ekonomi dunia sekelas China melewati krisis ekonomi global di tahun 2008. China melakukan kebijakan countercyclical dengan melonggarkan kebijakan fiskal.

"Saat krisis 2008-2009 itu juga didevaluasi. China lagi-lagi lakukan countercyclical karena seluruh ekspor China terutama ke Eropa tentu pengaruh karena ada penurunan ekspor mereka. Maka mereka countercyclical dengan fiscal expansion," jelas Sri Mulyani dalam acara peringatan 39 tahun aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/8/2016).

Setelah mampu bertahan menerjang badai krisis di tahun 2008, di tahun 2013 China merasakan efek kebijakan fiskal yang dilakukannya untuk mempertahankan perekonomiannya. Akibatnya total utang China bertambah cukup signifikan yang juga diikuti nilai ekspor mengalami kemerosotan yang lumayan tajam hingga saat ini.

Meskipun produk asal China masih banyak membanjiri di berbagai negara, jumlahnya tidak sebanyak sebelum terjadinya krisis 2008. Selain itu, proyeksi pertumbuhan China pada dua tahun belakangan ini juga dipangkas ke bawah ke angka 6,5% setelah pada beberapa tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi China selalu tercatat tumbuh double digit alias di atas 10%.

Namun, di sisi lain Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang juga mampu bertahan mengalami pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5,18% di tahun ini. Efek yang dirasakan Indonesia saat ini adalah masih adanya ketimpangan antara angka ekspor dan impor di mana angka impor Indonesia tercatat masih mendominasi dibandingkan ekspor ke luar negeri.

"Situasi berubah pada 2013 akhir, ketika stimulus ekonomi kehilangan energi. Fiskal dilakukan berturut-turut defisit menambah hutangnya. Di satu sisi China rasakan global trade tidak ter-cover lagi sejak 2008-2009. PDB kita 5,18% tapi ekspor dan impor masih negative growth. Globally ekspor impor itu masih kecil," kata Sri Mulyani.

Dirinya menambahkan bahwa China tidak bisa selamanya bertumpu dari sektor perdagangan saja untuk mendongkrak perekonomian negaranya. Di sisi lain, China juga harus fokus pada konsumsi. DI mana dengan jumlah konsumsi yang tinggi juga membuat pertumbuhan ekonomi suatu negara tumbuh positif.

"Tetapi ekonomi tidak ditopang trade antar negara, itu kan negara maju melakukan konsolidasi juga China dan restrukturisasi growth model mereka yang tadinya ditopang ekspor dan investasi, itu tidak bisa dilakukan terus maka diubah jadi konsumsi. Itu kelihatannya gampang. Kalaiu investasi, ekspor impor turun maka harusnya China naikkan consumption dan tidak government consumption karena sudah besar. Tapi the whole political economic and consumption structure berubah. itu yang terjadi di China," tutur Sri Mulyani.

Sumber: Detik
Tags: