Saham Perbankan Anjlok Gara-gara Isu Margin Bank, Ini Komentar OJK Unknown Senin, 22 Februari 2016
Akhir pekan lalu, saham-saham perbankan anjlok menyusul isu pemangkasan margin bank. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) Tentang Insentif dalam Rangka Peningkatan Efisiensi.
Dalam peraturan tersebut, OJK tengah menyiapkan insentif bagi perbankan yang mau melakukan efisiensi. Insentif ini diberikan pemerintah agar bank bisa menurunkan suku bunga kreditnya. Bagi perbankan yang mau melakukan efisiensi melalui penyesuaian marginnya, OJK telah menyiapkan berbagai insentif.
OJK berharap, margin perbankan di Indonesia bisa sejajar dengan Thailand di kisaran 3-4% dalam 1-2 tahun ke depan. Dalam arti, OJK tidak serta-merta memaksa bank untuk memangkas margin hingga 3-4%.
Namun, hal tersebut malah direspons negatif oleh para pelaku pasar. Investor rama-ramai menarik dananya dari pasar modal. Pasar saham pun jatuh.
Lantas, apa komentar Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad?
"Mungkin karena orang masih menunggu kali, menurut saya justru akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih bagus dan pada gilirannya akan memberikan peluang untuk tumbuh dan berkembang semua sektor termasuk sektor perbankan," ujarnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (22/2/2016).
Menurutnya, insentif tersebut justru akan memberikan kemudahan bagi para pelaku industri keuangan. Dengan efisiensi, yang salah satunya dengan menekan margin, maka tingkat suku bunga kredit bisa lebih rendah. Ini juga memberikan kemudahan bagi masyarakat.
"Jadi dengan tingkat suku bunga yang semakin rendah, karena BI juga kemarin memberikan kelonggaran, kemudian saya mendorong insentif, kita harapkan tingkat suku bunga bisa turun, ekonomi meningkat, menciptakan lapangan kerja, bagus bagi semua sektor, jadi nanti seperti itu dampaknya," jelas dia.
Perlu diketahui, Jumat pekan lalu, aksi jual di saham-saham perbankan cukup ramai. Perputaran uang sektor finansial di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 3,2 triliun dari total transaksi saat itu di Rp 8,1 triliun.
Seperti dikutip dari data perdagangan BEI, Jumat (19/2/2016), dari total transaksi sektor finansial Rp 3,2 triliun tersebut, investor asing melakukan jual bersih hingga Rp 568,2 miliar.
Jumlah penjualan bersih itu lebih dari setengah total penjualan bersih investor asing (foreign net sell) yang mencapai Rp 912,406 miliar.
Rata-rata saham perbankan yang jadi sasaran aksi jual. Akibatnya, banyak perbankan kelas berat yang berakhir jadi top losers alias saham yang terkoreksi paling dalam hari ini.
Saham-saham bank yang jatuh cukup dalam di antaranya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -4,59%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) -4,37%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) -2,61%, dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) -6,42%.
Sumber: Detik