Analis PT Esandar Arthamas Berjangka Tonny Mariano memaparkan, penguatan rupiah merupakan respons data AS pekan lalu. Data AS menunjukkan, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2016 hanya 1,2%, alias di bawah target.
Sentimen pendukung berasal dari inflasi Juli yang hanya 0,69%. Ditambah, pasar yang menaruh harapan dari UU Pengampunan Pajak. "Ini terlihat dari aliran dana asing yang cukup baik," lanjut Tonny.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menambahkan, penguatan rupiah bersamaan dengan mata uang emerging market lain. Selanjutnya, rupiah menunggu data manufaktur AS bulan Juli yang berpeluang kembali menekan The Greenback.
Pasar meramal, data manufaktur AS memburuk. Selasa (2/8), David dan Tonny kompak memprediksi, rupiah akan menguat dan bergerak pada rentang Rp 13.000 - Rp 13.100 per dollar AS
Sumber: Kontan