Jika Bunga The Fed Naik, Dolar AS Bisa Makin Perkasa Unknown Senin, 30 Mei 2016
Jakarta -Nilai tukar rupiah berada pada tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak pekan lalu. Dimungkinkan dolar AS bisa kembali mencapai level Rp 14.000.
"Bisa (sampai ke Rp 14.000). Tapi tidak lama karena ini lebih berkaitan dengan persepsi," ungkap Ekonom Kenta Institut Eric Sugandi kepada detikFinance, Senin (30/5/2016).
Pelemahan rupiah terjadi karena isu utama dari eksternal, yaitu pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), Janet Yellen terkait dengan rencana kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Ini menimbulkan persepsi baru bagi investir dan membawa dan kembali ke AS.
"Tekanan yang datang dari faktor persepsi biasanya short-live," tegasnya.
Eric menuturkan bahwa dolar AS akan bergerak cukup lama nantinya pada level Rp 13.800, sampai akhirnya The Fed memberikan kepastian soal kenaikan suku bunga pada Juni-Juli mendatang.
"Sebelum sentuh Rp 14.000, market akan tes Rp 13.800 dulu. Kalau rupiah tidak sanggup bertahan di Rp 13.800, next yang akan dilihat market adalah Rp 14.000," papar Eric.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual menambahkan pergerakan rupiah akan berada pada kisaran Rp 13.400 - Rp 14.000/dolar AS sampai dengan akhir tahun. David menilai kisaran tersebut masih dalam batas yang wajar.
"Saya melihat rupiah akan bergerak antara Rp 13.400 - 14.000. Itu nggak masalah," jelas David kepada detikFinance.
Rupiah diperlukan pada rentang tersebut untuk mempertahankan peningkatan ekspor dan mendorong neraca perdagangan tetap dalam jalur surplus. Bila rupiah terlalu perkasa tentunya menurunkan harga jual barang untuk diekspor.
"Rupiah kan juga tidak diinginkan terlalu kuat, sebab itu akan mempengaruhi ekspor," terang David.
Sumber: Detik