Pidato Menteri Arab Saudi bikin minyak jatuh Unknown Rabu, 24 Februari 2016
NEW YORK. Harga minyak dunia jatuh pada Selasa (Rabu pagi WIB), setelah menteri perminyakan Arab Saudi Ali Al-Naimi, anggota penting OPEC, menegaskan kembali menentang pemangkasan produksi untuk mengatasi kelebihan pasokan global. Pihaknya lebih memilih mengungkapkan harapan hanya untuk pembekuan produksi bulan berikutnya.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April jatuh US$ 1,52 (4,6 %) menjadi berakhir di US$ 31,87 per barel pada hari pertama perdagangan kontrak April di New York Mercantile Exchange.
Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk April, patokan Eropa untuk minyak mentah, menutup sesi perdagangan di US$ 33,27 per barel, turun US$ 1,42 (4,1 %) dari penutupan Senin.
Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali Al-Naimi berbicara pada sebuah konferensi energi di Houston, Amerika Serikat, mengatakan pembekuan produksi itu lebih realistis daripada memotong produksi. “Tidak banyak negara yang akan mengikutinya, sekalipun jika mereka mengatakan mereka akan memotong produksi," ujarnya.
Naimi menyatakan harapan produsen-produsen lain akan bergabung dengan pembekuan tentatif untuk tingkat produksi Januari yang telah disetujui dengan Rusia, Qatar dan Venezuela pada pekan lalu.
Naimi mengatakan akan ada pertemuan lanjutan pada Maret mendatang yang memungkinkan lebih banyak lagi yang bergabung dalam kesepakatan pembekuan produksi minyak. Di sisi lain, Iran yang baru saja terbebas dari sanksi ekonomi mengkritik ide pembekuan tersebut.
"Beberapa negara tetangga telah meningkatkan produksi mereka selama bertahun-tahun menjadi 10 juta barel per hari dan jumlah ekspor ini, kemudian mengatakan mari kita semua membekukan produksi minyak kita. Ini adalah lelucon yang sangat lucu," kata Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh, menurut kantor berita ISNA.
Menurut sebuah jajak pendapat para analis oleh Bloomberg News, persediaan minyak mentah komersial naik 3 juta barel dalam pekan yang berakhir 19 Februari. Dalam pekan sebelumnya, naik 2,1 juta ke rekor 504,1 juta barel.
Sumber: Kontan