Minyak Anjlok, Laba Perusahaan Migas Berjatuhan Unknown Rabu, 03 Februari 2016
Kabar buruk bagi para investor dan pekerja migas. British Petroleum (BP) berencana memangkas ribuan karyawannya setelah perusahaan mencatatkan penurunan tajam terhadap kinerja mereka di tahun 2015.
Perusahaan mencatatkan kerugian mencapai US$ 5,2 miliar di sepanjang tahun 2015. Padahal, di tahun 2014, BP masih membukukan keuntungan sebesar US$ 8,1 miliar.
Demikian dilansir CNN, Rabu (2/2/2016).
Merosotnya kinerja BP tersebut terimbas dari bencana di Teluk Meksiko pada tahun 2010 silam, ditambah terus merosotnya harga minyak dunia. Tingginya biaya pengupasan, juga menekan laba hingga 50% sebesar US$ 5,9 miliar.
BP merupakan perusahaan minyak besar pertama di Eropa yang melaporkan kinerja di 2015, setelah harga minyak mentah dunia anjlok hingga 35% di 2015. Pendapatan juga merosot dan harga saham BP anjlok lebih dari 8% di bursa London.
Perusahaan juga berencana untuk memangkas 7.000 karyawan hingga akhir 2017. Dari angka tersebut, 3.000 di antaranya sudah dilakukan tiga minggu lalu.
Kinerja BP terpukul di kuartal IV-2015 karena biaya restrukturisasi dan penurunan nilai aset dalam bisnis eksplorasi dan produksi minyak dan gas. Opsi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dipilih akibat jatuhnya harga minyak dunia.
BP menghabiskan biaya sebesar US$ 12 miliar terkait dengan tumpahan minyak Teluk Meksiko di tahun 2015. Ini membuat perusahaan harus mengeluarkan total biaya sebesar US$ 55, 5 miliar untuk bencana ini.
Exxon Mobil
Sementara itu, perusahaan minyak terbesar di dunia, Exxon mobil, mencatatkan penurunan tajam laba dan pendapatan, imbas dari merosotnya harga minyak dunia. Perusahaan membukukan laba di kuartal IV-2015 sebesar 67 sen per saham, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 1,32 per saham.
Sementara itu, pendapatan perusahaan di kuartal IV-2015 tercatat sebesar US 59,81 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 87,28 miliar.
Demikian dilansir CNBC, Rabu (3/2/2016).
Para analis telah memperkirakan penurunan kinerja perusahaan tersebut. Bahkan, mereka memprediksi laba per saham Exxon Mobil berada di 63 sen per saham dengan total pendapatan mencapai US$ 51,36 miliar.
Raksasa minyak tersebut juga mencatat pendapatan dari sisi hilir sebesar US$ 435 juta, namun kerugian di sisi hulu mencapai US$ 538 juta. Produksi minyak dan gas naik 4,8% di kuartal IV-2015. Saham Exxon turun lebih dari 3% di akhir perdagangan pagi kemarin waktu setempat.
Analis Perminyakan Roger Read dari Wells Fargo Securities menilai, penurunan laba tersebut lantaran perusahaan belum efisien dalam menekan biaya operasional dan belanja modal.
"Fokus investor adalah terkait eksplorasi dan produksi yang melimpah. Berapa banyak yang perusahaan keluarkan untuk itu. Apa yang akan perusahaan lakukan untuk memperbaiki neraca keuangan?," ujarnya.
Exxon lantas berencana untuk memangkas pengeluaran belanja modal sebesar US$ 23,2 miliar atau 25% di tahun 2016 dan akan menghentikan program pembelian kembali (buyback) saham perusahaan tersebut.
Namun, perusahaan meyakini, kinerja perseroan masih membaik di tengah tekanan merosotnya harga minyak dunia.
Wells Fargo Securities telah memberikan rating outperform terhadap saham Exxon Mobil tahun lalu. Pekan lalu, Investmet Banking Tudor, Pickering, Holt & Co menyarankan para investor untuk menjual saham Exxon dibandingkan menahannya. Ia mengatakan, tidak ada alasan investor untuk tetap memperdagangkan saham dengan harga tinggi dalam kondisi saat ini.
Tudor mengatakan, untuk pertumbuhan jangka menengah dan panjang, Exxon juga masih menghadapi berbagai tantangan ke depan. Menurut Tudor, Exxon memiliki sedikit ruang untuk memotong anggaran belanja dan berharap memangkas eksplorasi dan produksi di tahun 2016.
Sementara itu, Analis Energi Senior Pavel Molchanov menambahkan, saham Exxon masuk dalam jajaran rating bawah karena menjadi salah satu perusahaan dengan kinerja yang merosot cukup dalam.
Exxon disalip Facebook sebagai perusahaan terbesar keempat dalam indeks S&P, setelah raksaka media sosial mencatat harga saham mencapai US$ 115 per saham, pada Senin pagi waktu setempat.
Kapitalisasi pasar Facebook mencapai US$ 327,6 miliar dibandingkan Exxon yang sebesar US$ 317,6 miliar pada penutupan perdagangan Senin waktu setempat.
Sumber: Detik