Emiten membidik dana dari rights issue Unknown Rabu, 03 Februari 2016
Emiten mulai mencari pendanaan dari pasar modal melalui rights issue atau menerbitkan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).
Salah satu emiten yang akan rights issue adalah PT XL Axiata Tbk (EXCL). EXCL berencana menawarkan maksimal 2,75 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Operator telekomunikasi ini akan menggunakan seluruh dana rights issue untuk membayar kembali utang ke pemegang saham dalam denominasi dollar Amerika Serikat, yang saat ini sebesar US$ 500 juta.
Dengan kurs Rp 13.700 per dollar AS, nilai utang tersebut mencapai Rp 6,85 triliun. Artinya, harga minimal saham rights issue EXCL senilai Rp 2.491 per saham. Harga rata-rata saham EXCL dalam tiga bulan terakhir adalah Rp 3.603 per saham.
Sementara itu, PT Sierad Produce Tbk (SIPD) berencana menerbitkan maksimal 400 juta saham seri C saham dengan nominal Rp 1.000 per saham. SIPD membidik dana Rp 300 miliar hingga Rp 500 miliar.
Penambahan modal ini untuk ekspansi organik. Sebab, tahun lalu semua emiten di sektor pakan ternak tersebut merugi akibat banyak persoalan, seperti harga, pasokan yang berlebih dan nilai kurs.
Sedangkan PT Equity Development Investment Tbk (GSMF) berharap bisa meraup Rp 269,48 miliar dengan merilis maksimal 2,45 miliar saham seri C dengan nominal Rp 100 per saham. Harga penawaran saham itu senilai Rp 110 per saham.
Perusahaan berharap bisa mencatatkan saham rights issue di Bursa Efek Indonesia pada 15 Februari 2016. Dana hasil PUT IV akan digunakan untuk pendanaan terkait penambahan penyertaan saham di Bank Ganesha dalam rangka mempertahankan persentase kepemilikan saham 29,86%.
Sementara beberapa emiten masih mengajukan rights issue. Misalnya, PT Rimo Internasional Lestari Tbk (RIMO) berupaya mengajukan rights issue dengan jumlah 28,39 juta saham biasa dengan nilai nominal Rp 250 per saham.
Saham yang diterbitkan itu memiliki efek dilusi sangat besar, yakni 98,81%. Harga saham ditetapkan di level Rp 250 per saham. Dari akrobat ini, RIMO berharap, bisa mengantongi dana Rp 7,52 triliun. RIMO akan mengakuisisi perusahaan properti dari dana rights issue itu.
Saat ini rights issue RIMO belum mendapat restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Krishna Setiawan, analis Lautandhana Securindo, menilai, saat ini kondisi pasar masih wait and see, tapi cenderung mengarah bullish. Sehingga penjaringan dana dari rights issue diharapkan bisa terserap pasar. "Kalau yang sudah ada pembeli siaga, tentu tidak perlu khawatir terhadap kondisi pasar," kata dia.
Menurut dia, tahun ini penjaringan dana lebih banyak di pasar obligasi. Apalagi dana asing masih terus masuk ke pasar obligasi. Di pasar saham, aktivitas transaksi belum begitu ramai, namun akan ada perbaikan di bulan ini.
"Rights issue juga bisa menambah likuiditas saham emiten di pasar," ujar Krishna.
Dia mencontohkan, utang EXCL yang menggunung memang lebih baik ditutupi dari penerbitan saham baru. Sehingga tidak menambah rasio utang.
Namun Setiawan Effendi, analis Phintraco Securities, mengatakan, rights issue untuk membayar utang tidak terlalu menarik. Sementara, jika digunakan untuk ekspansi, investor bisa lebih mudah tertarik mengeksekusi hak mereka.
Meski demikian, dia menilai kondisi pasar mulai membaik sehingga bisa untuk rights issue. Khrisna mengatakan, menarik tidaknya rights issue juga bergantung dari harga penawaran.
Jika harga pelaksanaan jauh dari harga pasar, efek ke pemegang saham publik negatif. Apalagi jika rights issue itu diterbitkan dengan skala besar dan jauh di bawah harga pasar.
Sumber: Kontan