Menimbang kekuatan semen Indocement Unknown Selasa, 08 Desember 2015
Tahun depan, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) masih akan menghadapi tantangan berat. Kendati dalam negeri realisasi proyek pemerintah mulai berjalan, perlambatan ekonomi global akan menekan ekonomi domestik.
Hingga akhir tahun ini INTP memperkirakan, permintaan semen nasional masih akan stagnan dan tahun depan diperkirakan hanya akan tumbuh 3%-5%. Pertumbuhan penjualan semen perseroan diproyeksi akan sejalan dengan pasar semen nasional.
INTP juga menahan ekspansi, dengan menurunkan anggaran belanja modal (capex) menjadi Rp 2 triliun-Rp 3 triliun dibanding dengan anggaran tahun ini Rp 4 triliun.
Antonia Febe Hartono, analis Danareksa Securities, memperkirakan, INTP masih berpeluang tumbuh tipis tahun depan. INTP akan diuntungkan proyek-proyek infrastruktur pemerintah yang mulai berjalan.
Dia memproyeksi, pendapatan INTP akan tumbuh 5,4% tahun depan. Penambahan kapasitas produksi Indocement tahun depan dari pabrik P14 Citeurep akan memudahkan emiten ini bisa kebutuhan semen domestik.
"Hanya saja, peluang yang ada harus berhadapan dengan tantangan tingginya persaingan," katanya kepada KONTAN, Senin (7/12).
Menurut Antonia, permintaan semen domestik tahun depan akan tumbuh 4%. Tapi, dia memperkirakan volume penjualan INTP hanya akan tumbuh 3% karena tingginya kompetisi. Maklum, emiten semen dengan merek Tiga Roda ini banyak bermain di sekitar Jawa Barat yang juga ramai oleh pemain lain.
Selain itu, INTP pun tak bisa leluasa menaikkan harga di tengah kenaikan beban penjualan tahun depan yang diprediksi 4,2% per ton. Oleh karena itu, Antonia melihat laba bersih INTP hanya akan tumbuh tipis 0,08% menjadi Rp 4,92 triliun ketimbang tahun ini.
Harga jual rata-rata diramal hanya bisa tumbuh 1,2%. Liliana S Bambang, analis Mandiri Securitas, dalam riset 18 November 2015 mengatakan, INTP masih akan menghadapi tantangan berat tahun depan.
Kapasitas produksi semen nasional akan terus meningkat dengan kehadiran pabrik P14 serta peningkatan produksi kompetitornya seperti Siam Cement dan semen Merah Putih. "Walaupun INTP memperkirakan permintaan semen tumbuh 3%-5% tahun depan, tapi kami melihat pasokan terus mengalami kelebihan," ujarnya.
Dengan perkiraan permintaan hanya tumbuh 3%-5% tahun depan, Liliana melihat tingkat utilisasi cenderung terus menurun dari perkiraan tahun ini 75% menjadi 70% di 2016.
Hal ini juga akan sulit bagi para pemain semen untuk menaikkan ASP sedemikian pasar. Liliana masih tetap hati-hati menetapkan prospek INTP. Perkiraannya, EBITDA INTP akan naik 8% dari perkiraan tahun ini Rp 6,56 triliun dan net profit diprediksi 3,2%.
Senada dengan Antonia, Robertus Yanuar Hardy, analis Reliance Securities, dalam riset 3 Desember 2015, mengatakan, tantangan INTP tahun depan adalah persaingan dengan kemunculan beberapa produsen semen baru.
Dia melihat perseroan masih akan bertahan karena memiliki neraca yang sehat dan terus meningkatkan efisiensi. Robertus memperkirakan, pendapatan INTP tahun depan akan mencapai Rp 19,39 triliun, naik 4,8% dibandingkan perkiraan pendapatan tahun ini. Laba bersih diperkirakan naik 6% menjadi Rp 4,93 triliun.
Robertus meromendasikan buy saham INTP dengan target harga Rp 22.000. Adapun Antonia merekomendasikan hold dengan target harga Rp 21.000 dan Lilian mempertahankan sikap netral dengan target harga di Rp 21.600.
Sumber: Kontan