Nuklir jadi ancaman baru bagi batubara Unknown Jumat, 23 Oktober 2015


Isu lingkungan hidup bakal terus menjegal laju harga batubara. Sejumlah negara bakal meninggalkan batubara dan beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan, yakni pembangkit listrik tenaga nuklir. Pamor batubara semakin meredup.

Mengutip Bloomberg, Rabu (21/10), harga batubara kontrak pengiriman November 2015 di ICE Futures Exchange naik 0,38% menjadi US$ 52,2 per metrik ton dibandingkan dengan hari sebelumnya. Namun sepekan terakhir, harga sudah terkikis 0,66%.

Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures, menjabarkan, harga batubara sedang bergerak konsolidasi. Belum ada faktor fundamental yang mampu mendorong harga. Penguatan kali ini menurutnya rebound teknikal.

"Tekanan besar bagi komoditas energi datang dari Amerika Serikat dan serangkaian rencana alih energi terbarukan," kata Wahyu.

Harga batubara juga terkikis karena pasar kembali fokus pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) tanggal 27–28 Oktober 2015. Hal ini datang bersamaan dengan semakin giatnya negara-negara konsumen utama batubara untuk meninggalkan komoditas ini.

"Batubara ini energi pelengkap yang mudah ditemukan penggantinya," tambah Wahyu. Saingan terkuat komoditas ini adalah gas alam yang harga jualnya kian hari kian murah.

Tak cuma itu, kini muncul ancaman baru berupa pembangkit listrik tenaga nuklir yang harganya jauh lebih murah.

Seperti yang dilaporkan International Atomic Energy Agency (IAEA) penggunaan atomik nuklir akan menghemat biaya 5%-10%. IAEA mengasumsikan biaya yang dikeluarkan antara US$ 25– US$ 64 untuk satu megawatt per jam listrik dari tenaga nuklir.

Sedangkan jika menggunakan batubara US$ 65–US$ 95 per jam dan gas alam US$ 61–US$ 133 per jam. Nuklir juga jauh lebih ramah lingkungan, sehingga bisa mengikis emisi karbon yang dihasilkan pembangkit listrik.

Sejumlah negara berencana mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir. Salah satunya China yang bakal mengembangkan delapan sumber tenaga nuklir baru hingga tahun 2020.

Tak hanya mengembangkan di negaranya sendiri, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures Andri Hardianto mengatakan Negeri Panda sudah menandatangani perjanjian untuk mengembangkan tiga sumber tenaga nuklir di Inggris.

Perjanjian dilakukan Electricite de France SA dan China General Nuclear Power Corporation. Rencananya Inggris akan menutup semua tambang batubara yang berjumlah 12 ada tahun 2023.

Langkah China dan Inggris bisa diikuti negara lain. Negera ini berharap bisa mengikis penggunaan batubara untuk tenaga listrik hingga 75%. Untuk itu, Andri menduga harga batubara Jumat (23/10) masih berpotensi koreksi.

"Di akhir tahun, harga paling kuat bertengger di level US$ 52,80 per metrik ton," duga Andri. Namun masih ada sedikit harapan harga batubara terjaga jika suku bunga The Fed tak jadi naik tahun ini.

Secara teknikal, Andri bilang harga bergulir di bawah moving average (MA) 50, 100 dan 200 dengan potensi turun. Garis MACD di bawah level 0 mendukung downtrend. RSI dan stochastic, keduanya di bawah level 50 dan bergerak ke bawah.

Andri memperkirakan, harga batubara Jumat (23/10) di US$ 52,00–US$ 53,50. Sedangkan Wahyu memprediksi, harga hari ini di kisaran US$ 49,00–US$ 55,00 dan sepekan di US$ 47,00–US$ 57,00 per metrik ton.

Sumber: Kontan
Tags: