Pengetatan ekspor belum angkat harga komoditas Unknown Selasa, 15 September 2015
Lesunya permintaan di pasar global menjegal peluang kenaikan harga timah. Padahal, ada penurunan suplai timah asal Indonesia. Kemarin (14/9), TINPB300 pengiriman Juli 2016 di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dihargai US$ 15.400 per metrik ton. Harga tersebut turun 4,97% dibanding awal Agustus lalu. Pada periode yang sama, harga timah pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange juga terpangkas 2,97% ke US$ 15.530 per metrik ton.
Padahal, sejak 1 Agustus lalu, Pemerintah Indonesia memberlakukan Permendag No 33/2015 tentang Ketentuan Ekspor. Beleid ini mewajibkan ekspor timah dilakukan melalui bursa domestik. Selain itu, pengekspor harus memiliki Surat Persetujuan Ekspor (SPE). Salah satu tujuannya untuk meredam banjir suplai timah ilegal di pasar global, sehingga harga diharapkan bisa pulih.
Deddy Sumedi, Direktur Ekspor Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, mengatakan, Pemerintah Indonesia sedang menyelesaikan berbagai permasalahan di industri timah. "Namun di sisi lain, permintaan timah global juga sedang lemah," ujarnya, Senin (14/9).
Menurutnya, rata-rata ekspor timah asal Indonesia sejak Januari hingga Agustus 2015 hanya 5.700 ton per bulan. Total ekspor tahun ini masih sekitar 45.000 ton. Bandingkan dengan ekspor pada bulan Desember 2013 yang mencapai 10.800 ton.
Norihisa Sakai, Tin Trading Group Leader di Toyota Tsusho Asia Pacific melihat adanya pelemahan permintaan di berbagai negara. Namun, ia berharap, kondisi ekonomi global akan pulih tahun depan, sehingga kembali mendorong permintaan timah.
Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim menilai, saat ini, penurunan suplai timah asal Indonesia belum mampu mengangkat harga timah di pasar global. Pasalnya, harga timah masih tertekan penurunan permintaan. Kondisi ekonomi China menjadi sentimen utama pergerakan harga timah. Maklum, Negeri Panda pengguna timah terbesar untuk industri.
Meski demikian, di jangka panjang, kebijakan tersebut bisa berdampak bagus bagi industri timah domestik dan harga timah. Kewajiban mengekspor timah melalui bursa diperkirakan bisa mengurangi banjir pasokan yang berasal dari penjualan di luar bursa. "Jika didukung dengan pulihnya ekonomi global pulih, apa yang dilakukan pemerintah berpotensi mengangkat harga," prediksi Ibrahim.
Sejauh ini, efek penguatan dollar juga menghambat kenaikan harga timah. Itu sebabnya, proyeksi Ibrahim, apabila The Fed menahan suku bunga, harga timah di akhir tahun ini bisa mencapai US$ 17.000 per metrik ton. Adapun, hingga akhir pekan ini, logam industri ini diprediksi antara US$ 15.300- US$ 15.700 per metrik ton.
Sumber
Tags: saham online, investasi saham, trading saham online, trading saham indonesia, broker saham indonesia, broker saham online indonesia