Data Eropa tak bisa kerek harga batubara Unknown Kamis, 17 September 2015
Harga batubara tidak bergerak dalam dua hari perdagangan berturut-turut. Meski ada sentimen positif dari data permintaan batubara Eropa, pelaku pasar bersikap hati-hati jelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Kamis (17/9). Mengutip Bloomberg, Selasa (15/9) lalu, harga batubara kontrak pengiriman Oktober 2015 di bursa ICE Futures Exchange berada di US$ 57,65 per metrik ton, tidak berubah dari penutupan hari sebelumnya. Sepekan terakhir harga cuma naik tipis 0,25%.
Wahyu Tribowo Laksono, Analis Central Capital Futures, mengatakan, pelaku pasar cenderung wait and see hasil FOMC meeting. Ini memberi sentimen negatif pada harga batubara. Dengan adanya kemungkinan The Fed kembali menunda kenaikan suku bunga, pelaku pasar akan semakin berhati-hati. Selama penantian tersebut harga batubara masih bisa rebound, tapi terbatas. "Maka harga masih stagnansi paling tidak hingga FOMC berlangsung," kata Wahyu.
Apalagi, ada laporan yang menyebut permintaan batubara di Eropa kembali meningkat. Christopher Jones, Director Energy European Commission di Tokyo, seperti dikutip dari Bloomberg, mengatakan, penopangnya adalah penggunaan batubara di Belanda yang mencetak rekor tertinggi selama lima bulan pertama tahun 2015. Wahyu menyebut, data tersebut berpotensi mengangkat harga batubara pada perdagangan Kamis (17/9) ini.
Tapi penguatan harga dibatasi oleh sentimen rapat The Fed. Selain itu, harga gas alam sebagai substitusi batubara juga masih rendah. Permintaan menipis Selain itu, kebutuhan batubara masih terlihat, meski berkurang. Kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik di AS makin kecil, yakni hanya 35% di 2015, atau lebih rendah dari sepuluh tahun terakhir yang mencapai 50%.
Research and Analyst PT Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, memang saat ini negara-negara di dunia sedang mengembangkan bioenergi. Hanya saja pengembangan ini masih terganjal oleh biaya yang mahal. "Jadi selama proses tersebut belum berjalan optimal maka kebutuhan batubara tetap ada," kata Deddy.
India juga masih gencar menggenjot produksi batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. "Targetnya di 2020 bisa menghasilkan 1 miliar ton batubara," tambah Deddy. India merupakan salah satu konsumen terbesar batubara global. Sedang konsumsi batubara China turun 28% di delapan bulan pertama 2015.
Sejatinya, produksi batubara Indonesia di Agustus 2015 turun 15,43% year on year (yoy) menjadi 263 juta ton. Tapi lantaran permintaan batubara global juga masih rendah, penurunan produksi tersebut tidak mempengaruhi harga di pasaran. "Hingga akhir tahun tren harga batubara masih bearish," prediksi Deddy. Prediksinya di level US$ 50,00 per metrik ton.
Secara teknikal, harga bergerak di bawah moving average (MA) 50, 100 dan 200, yang menegaskan penurunan. Garis MACD di area minus 0,29% bentuk pola downtrend. Serupa, RSI di level 44 dan stochastic level 30, keduanya bergerak turun tapi sudah mendekati area oversold.
Deddy memprediksi harga batubara hari ini akan bergerak di kisaran US$ 56,00–US$ 57,20 per metrik ton dan di US$ 55,35–US$ 57,95 per metrik ton sepekan ke depan. Sedang Wahyu memprediksi harga batubara sepekan ke depan di kisaran US$ 53– US$ 63 per metrik ton.
Sumber
Tags: saham online, investasi saham, trading saham online, trading saham indonesia, broker saham indonesia, broker saham online indonesia