Berharap gairah dari pembagian dividen Unknown Selasa, 22 September 2015
Di tengah kelesuan pasar saham, sejumlah emiten menebar oase dengan membagikan dividen interim. Menjelang cum dividen, harga saham emiten pembagi dividen diyakini bisa menanjak.
Setidaknya ada empat emiten yang mengumumkan pembagian dividen.
PT Astra International Tbk (ASII), misalnya, akan mengucurkan dividen interim senilai Rp 64 per saham. Saat ini, total saham beredar ASII adalah 40,48 miliar. Ini berarti total dividen mencapai Rp 2,59 triliun atau 32,17% dari laba ASII di semester I 2015.
Investor Relation ASII Tora Adianti mengatakan, manajemen telah mempertimbangkan kinerja tahun berjalan terkait keputusan pembagian dividen interim.
Pertimbangan lain adalah pertumbuhan ASII dan imbal hasil wajar yang patut diterima pemegang saham. "Ini juga didasarkan pada positifnya laba ditahan perseroan," ujar Tira kepada KONTAN, Senin (21/9).
Mengekor sang induk, PT United Tractors Tbk (UNTR) juga berniat menebar dividen kepada pemegang sahamnya. Emiten alat berat ini akan membagi dividen interim Rp 251 per saham. Dengan jumlah saham 3,73 miliar unit, maka total dividen UNTR senilai Rp 936,23 miliar atau 27,48% laba semester I 2015.
Emiten perkebunan, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) juga bakal membagi dividen Rp 8 per saham. Dengan jumlah saham 5,34 miliar, total dividen TBLA mencapai Rp 42,72 miliar. Jumlah itu setara 29,11% dari laba semester pertama tahun ini.
Lantas bagaimana dampak pembagian dividen beberapa emiten ini terhadap bursa saham? Mengingat jumlah emiten yang membagi emiten tak banyak, memang aksi ini belum akan maksimal menggairahkan pasar modal. Namun, aksi korporasi yang digelar beberapa emiten ini bisa meniupkan sedikit angin segar.
Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada menilai, investor akan merespons positif pembagian dividen di tengah melemahnya harga saham. Apalagi, emiten belum maksimal memakai laba ditahan untuk ekspansi. Sebab, kondisi ekonomi masih melambat.
Reza berpendapat, imbal hasil dividen (dividen yield) minimal 2%-3% cukup menarik. Tapi, menurut dia, yield bukan sesuatu yang perlu diperhatikan karena tak sepenuhnya mencerminkan imbal hasil yang diterima investor. Maka tengoklah pertumbuhan dividen per saham.
Sedangkan, analis LBP Enterprise Lucky Bayu menilai, emiten perlu mempertimbangkan rasio pembagian dividen. Pasalnya, kondisi ekonomi tengah melemah, suku bunga tak menarik dan inflasi cukup tinggi. Dus, sebelum membagi dividen, emiten tetap harus berkaca pada kinerja.
Sumber: Kontan