Saham BMRI masuk tahap konsolidasi Unknown Jumat, 22 Juli 2016


JAKARTA. Emiten sektor perbankan tengah naik daun, termasuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang resmi menjadi bank persepsi untuk menampung dana repatriasi. Bank Mandiri dan Kementerian Keuangan telah melakukan penandatanganan kontrak pada Kamis (21/07).
Bank pelat merah ini optimistis bisa menampung dana repatriasi antara Rp 300 triliun hingga Rp 400 triliun. Nah, sebesar 60% dari dana tersebut ditargetkan akan masuk ke instrumen investasi di pasar modal melalui manajer investasi (MI) dan sekuritas.
Lucky Bayu, analis Danareksa Sekuritas menilai, peluang tax amnesty cenderung positif karena disertai kinerja BMRI yang cukup baik. Tapi, perseroan ini masih menghadapi tantangan, berupa pertumbuhan non performing loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah yang cenderung naik ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
NPL BMRI menunjukkan kenaikan pada kuartal I lalu. NPL kotor tercatat 2,89% atau naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,81%. Sedangkan NPL bersih BMRI kuartal pertama 0,85%, naik dari 0,53%.
BMRI belum mengungkapkan rencana merilis produk khusus untuk menampung dana repatriasi.
Frederik Rasali, Analis Minna Padi Investama, menilai, perlu proses yang membutuhkan waktu untuk mendapatkan dana repatriasi.
"Belum tentu Bank Mandiri menjadi pilihan, semua tergantung pada produk yang ditawarkan yang dapat menarik perhatian pemilik aset," kata Frederik kepada KONTAN, Kamis (21/07).
Lebih lanjut, Bank Mandiri tengah fokus untuk menstabilkan kredit korporasi yang bermasalah. Ada kemungkinan kinerja Bank Mandiri akan masuk konsolidasi dahulu. Apalagi, belum lama ini, Bank Mandiri merevisi target pertumbuhan kredit dari 12%-14% menjadi kisaran 9%-10%.
Menunggu laporan
Para analis masih sulit menghitung target harga saham BMRI, karena masih menunggu laporan keuangan kuartal kedua yang segera dirilis.
Nurulita Harwaningrum, analis MNC Sekuritas merekomendasikan tahan saham BMRI. Target harga juga akan diperbaharui setelah laporan keuangan dirilis. "Target harga untuk full year masih di Rp 9.800," kata Nurul.
Pertimbangan Nurul adalah pertumbuhan kredit yang di bawah 10% dan kenaikan NPL serta penurunan laba bersih. Harga saham BMRI pada perdagangan kemarin (21/07) berada di level Rp 10.125.
"Makanya tax amnesty bisa menjadi sentimen positif untuk saham perbankan," kata Nurul.
Nurul memproyeksi, pertumbuhan pendapatan bunga BMRI sepanjang tahun ini adalah 13%. Namun laba bersih akan tertekan karena NPL sulit ditekan. Sementara Frederik merekomendasikan untuk menjual saham BMRI dengan target Rp 9.800 hingga laporan keuangan dirilis.
"Namun kalau full year ada di Rp 11.500, itu pun kita harus lihat laporan keuangannya," kata Frederik.
Berbeda dengan Frederik dan Nurul, Lucky merekomendasikan membeli saham BMRI dengan target harga Rp 12.500 per saham. Pertimbangan Lucky, pertumbuhan laba bersih dan pendapatan masih dalam tren positif meski minat penempatan dana repatriasi tax amnesty saat ini belum dapat dirasakan.

Sumber: Kontan
Tags: