Selera Masyarakat Bergeser, Premium Mulai Ditinggalkan Unknown Rabu, 01 Juni 2016


Jakarta -- PT Pertamina (Persero) memprediksi penjualan premium akan menyusut hingga akhir tahun seiring dengan peralihan konsumsi masyarakat ke Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi.

Ahmad Bambang, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina mengatakan, konsumsi premium pada tahun ini diperkirakan sebesar 70 persen dari total penjualan bahan bakar kendaraan (gasoline) Pertamina, turun dibandingkan dengan porsi penjualan tahun lalu yang menguasai 84 persen dari seluruh penjualan gasoline.

"Bahkan hingga Mei ini saja, porsi premium sudah ada di angka 74 persen. Kami ramal di akhir tahun kontribusi ke penjualan bisa di angka 60-an persen," jelasnya, Selasa (31/5).

Dia mengatakan, optimisme tersebut muncul setelah melihat data konsumsi premium yang turun 5,57 persen, dari sebesar 29,61 juta kilo liter (kl) pada 2014 menjadi 27,96 kl pada tahun lalu.

Sebaliknya, kata Ahmad, konsumsi BBM non-subsidi justru mengalami kenaikkan. Konsumsi Pertamax meningkat dari 1,6 juta kl pada 2014 menjadi 2,5 juta liter pad a2015. Sementara itu, Pertalite juga berhasil terjual 370 ribu kl meskipun baru dijual dalam waktu lima bulan.

"Tahun ini pun kami prediksi akan ada pergeseran serupa dari solar ke dexlite. Semua penjualan non-subsidi kami naik, Pertamax naik, Pertalite juga naik. Bahkan penjualan Dex dan Pertamax Plus yang jumlahnya kecil sekali juga naik dua kali lipat tahun lalu," tuturnya.

Menurutnya, perubahan pola konsumsi ini disebabkan oleh tren konsumen yang tidak lagi menjadikan harga sebagai alasan utama memilih bahan bakar. Ahmad menjelaskan, saat ini semakin banyak masyarakat yang lebih mengutamakan penggunaan volume BBM per kilometer (km), di mana fenomena itu tengah menjadi tren di kalangan generasi muda kelas menengah.

"Dan generasi millenial Y dan Z itu kan lebih peduli dengan ramah lingkungan, jadi mereka senang bisa berkontribusi dengan mengonsumsi BBM non-subsidi," ujarnya.

Di samping perubahan pola konsumsi, Ahmad menyebut selisih harga BBM non-subsidi Pertamina dengan pesaing lain terbilang cukup kompetitif.

Ia memberi contoh harga Pertamax, Pertamax Plux, dan Dex yang masing-masing dijual seharga Rp7.350, Rp8.250, dan Rp8.100 per liter. Namun di sisi lain, Shell ternyata membanderol jenis bahan bakar dengan kandungan serupa masing-masing sebesar Rp7.800, Rp8.900, dan Rp8.350 per liter.

"Ini terjadi karena Pertamina bisa melakukan efisiensi pemasaran. Ternyata kami bisa tekan ongkos distribusi sebesar 16,7 persen dalam setahun dari US$ 19,26 per kl di tahun 2014 menjadi US$ 16,07 per kl di tahun 2015," ujar Ahmad.

Sebagai informasi, penjualan BBM Pertamina di tahun 2015 tercatat sebesar 61,63 juta kl yang terdiri dari BBM subsidi sebesar 26,96 juta kl dan BBM non-subsidi sebesar 34,67 juta kl. Angka itu menurun 5,62 persen dibandingkan konsumsi tahun 2014 yang tercatat sebesar 65,3 juta kl.

Sumber: CNN Indonesia
Tags: