Adaro Caplok 75% Saham BHP Billiton dengan Kas Internal Unknown Kamis, 09 Juni 2016
Jakarta -- PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menyatakan bakal menggunakan kas internal untuk memboyong saham di tujuh perusahaan batubara milik BHP Billiton dengan nilai transaksi mencapai US$120 juta.
Febriati Nadira, Head of Corporate Communication Division Adaro mengatakan, perusahaan melakukan penandatanganan perjanjian jual beli saham atau Share Sale Agreement (SSA) melalui dua anak usahanya PT Alam Tri Abadi, Coaltrade Services International Pte Ltd, dengan BHP Minerals Holdings Pty Ltd. dan BHP Minerals Asia Pasific.
“Sebelumnya kan kami sudah punya saham 25 persen di sana. Sekarang kami beli sisanya 75 persen. Jadi kami menguasai penuh,” kata perempuan yang biasa dipanggil Ira ini, kepada CNNIndonesia.com, Kamis (9/6).
Adapun perjanjian jual beli saham tersebut termasuk juga pengambilalihan kepemilikan atas seluruh BHP Mineral Holdings Pty Ltd dan BHP Minerals Asia Pasific Pty Ltd pada Maruwai Coal, PT Juloi Coal, PT Kalteng Coal, Sumber Barito Coal. Lahai Coal, PT Ratah Coal dan PT Pari Coal.
Perseroan menyatakan, nilai transaksi mencapai US$120 juta. Transaksi akan menjadi efektif setelah terpenuhinya persyaratan-persyaratan dalam SSA, termasuk diantaranya persetujuan yang diperlukan dari Pemerintah Republik Indonesia.
“Dana transaksi sepenuhnya dari kas internal. Posisi kas kami masih sangat mencukupi,” kata Ira.
Untuk diketahui, per 31 Maret 2016, posisi kas dan setara kas Adaro tercatat sebesar US$709,4 juta. Jumlah tersebut naik tipis 0,99 persen dari US$702,45 juta di periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun kas Adaro dalam dolar AS paling banyak disimpan di PT Bank OCBC NISP Tbk sebesar US$393,34 juta. Jumlah itu diikuti simpanan dolar AS di PT CIMB Niaga Tbk sebesar US$100,42 juta.
Tuntaskan Financial Closing PLTU Batang
Selain mencaplok saham perusahaan batubara, Adaro melalui PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) baru saja mencapai kesepakatan pembiayaan (financial close) untuk proyek pembangkit listrik 2x1.000 megawatt di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Untuk diketahui, acara penandatanganan financial closing tersebut diundur dari jadwal seharusnya, Rabu (8/6). Hal itu disebabkan keinginan Presiden Joko Widodo untuk hadir menyaksikan.
“Ini kami baru saja selesai acara financial closing PLTU Batang. Tadi ada Presiden Jokowi ikut menyaksikan,” ujar Ira.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menjelaskan proyek PLTU Batang merupakan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan investasi senilai US$4,2 miliar. Menurutnya, PLTU Batang merupakan proyek KPPU Listrik terbesar di Asia yang menggunakan teknologi ultrasuper critical yang lebih efisien.
"(PLTU Batang) merupakan proyek KPBU kelistrikan pertama yang mencapai financial close," ujar Darmin.
Darmin menganggap, financial closing PLTU Batang sebagai keberhasilan dari kerja sama pemerintah dengan badan usaha nasional dan Jepang, dengan dukungan perbankan.
"Dengan telah tercapainya financial closing ini, pembangunan fisik proyek dapat segera dimulai dengan target operasional pada 2019," tuturnya.
PLTU Batang merupakan proyek KPBU yang dipercayakan kepada PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), yang merupakan anak usaha PT Adaro Energy Tbk, sebagai kontraktor pelaksananya. Dari total kebutuhan investasi yang mencapai US$4,2 miliar, BPI siap menanggung 20 persen biaya.
Sementara itu, sisanya disediakan oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC) sebesar US$1,92 miliar (48 persen dari biaya investasi) dan konsorsium bank sebesar US$1,28 miliar (32 persen dari nilai investasi).
Sumber: CNN Indonesia