Laba meningkat, harga TBIG turun Unknown Jumat, 20 Mei 2016
JAKARTA. Meski tumbuh, kinerja Pt Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) pada kuartal I tahun ini belum maksimal. Emiten yang berbisnis menara ini mencatat pertumbuhan pendapatan 8,86% menjadi Rp 901,5 miliar. Laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk melonjak 82% ke level Rp 746,67 miliar.
Meski laba bersih TBIG melonjak, laba sebelum pajak Tower Bersama justru merosot 26,10% menjadi Rp 278,87 miliar. Penurunan laba sebelum pajak ini disebabkan oleh kenaikan beban lain-lain, terutama beban bunga.
Christian Saortua, Analis Minna Padi Investama, mengatakan penurunan laba sebelum pajak TBIG disebabkan meningkatnya beban keuangan, sekitar 28,9% dan timbulnya beban pajak dari revaluasi aset. "Secara kinerja saya melihat, pertumbuhannya belum signifikan," kata Christian.
Menurut dia, rencana TBIG menambah jumlah menara merupakan langkah strategis mendongkrak pendapatan berulang. "Selama kuartal I, TBIG menambah 662 penyewaan secara organik, yang terdiri dari 339 menara dan 323 kolokasi," kata Hardi Wijaya Liong, Chief Executive Officer (CEO) TBIG, dalam pernyataan, Rabu (18/5).
Helmy Yusman Santoso, Direktur Keuangan TBIG, memiliki, pihaknya masih mempunyai ruang lebih setelah pembagian dividen Rp 262 miliar untuk tahun buku 2015. "Kami berharap , melanjutkan eksekusi inisiatif pemegang saham, termasuk buy back saham atau dividen di sepanjang 2016," ungkap Helmy.
TBIG memiliki kas dan setara kas Rp 264,02 miliar pada akhir Maret lalu. Perusahaan ini pun masih menyimpan saham tresuri. TBIG menyimpan 195,85 juta saham tresuri yang bernilai Rp 1,2 triliun.
Milka Mutiara, Analis Philips Securities, mengatakan, kenaikan laba bersih disebabkan adanya manfaat dari pajak penghasilan tangguhan sebesar Rp 512 miliar. Ini sifatnya hanya sementara.
Tapi, Milka melihat, respons cepat perusahaan menyediakan menara 4G dapat berimbas positif. Setidaknya kontribusinya akan mulai terlihat pada tahun depan. Sebab, kontribusi 4G pada tahun ini tidak akan terlalu signifikan.
Milka menambahkan, TBIG harus bisa lepas dari jerat utang yang termasuk besar. Kendati perseroan sudah melakukan hedging terhadap utang dollar AS, dirinya melihat hal itu dilakukan hanya untuk mengantisipasi pelemahan kurs rupiah, tidak untuk mengurangi jumlah utang. "Rasio utang TBIG ini masih tinggi, jadi kinerjanya masih terbebani utang," ujarnya.
Pada akhir kuartal pertama, TBIG memiliki utang jangka pendek Rp 464,32 miliar dan surat utang serta pinjaman jangka panjang Rp 17,39 triliun. Total utang berbunga TBIG mencapai Rp 17,85 triliun.
Angka ini lebih delapan kali total ekuitas TBIG, sebesar Rp 2,2 triliun. Perusahaan masih mengagendakan penerbitan surat utang US$ 500 juta lewat anak usahanya. Kemarin, harga saham TBIG tutup merosot 7,04% ke Rp 6.275.
Sumber: Kontan