Jokowi Siap Mulai Perundingan Dagang dengan Uni Eropa Unknown Kamis, 07 April 2016


Jakarta - Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong optimistis perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) dapat segera dimulai. Ia yakin implementasi kerja sama ekonomi itu mampu mewujudkan agenda prioritas pemerintah (Nawacita), yaitu meningkatnya produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, khususnya Eropa.

Rencananya perundingan akan diluncurkan Presiden Joko Widodo, dalam kunjungan kerjanya ke Brussel, pada akhir April 2016. Sebelumnya, Tom bersama Menteri Perindustrian Saleh Husin telah melakukan pertemuan dengan pihak Komisi Eropa guna membahas jangkauan kerja sama (scoping paper) IEU CEPA pada kunjungannya ke Brussel, 4-5 April 2016 lalu. Di sana, keduanya bertemu Komisioner Perdagangan Komisi Eropa Cecilia Malmström.

Kesepakatan soal jangkauan kerja sama IEU CEPA itu akan digunakan sebagai basis aspirasional untuk masuk ke tahapan perundingan IEU CEPA. "Kami sepakat finalisasinya akan dipercepat dengan komunikasi pada tingkat tinggi yang lebih intensif agar perundingan dapat diluncurkan pada kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Brussel pada akhir April 2016,” kata Tom dalam siaran pers, Kamis 7 April 2016.

Tom menyatakan bahwa peran Indonesia dalam rantai pasok global dan regional masih perlu ditingkatkan seiring makin meningkatnya persaingan antarnegara.

Persaingan antarnegara tersebut dapat dilihat dari berkembangnya kerja sama di bidang perdagangan seperti Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership Agreement atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (EPA/CEPA) antara berbagai negara dan kawasan. Berbagai kerangka kerja sama itu merupakan solusi atas lambatnya kemajuan perundingan Doha Development Agenda di Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).

Tom memang ingin bergegas merampungkan perundingan IEU CEPA dan segera mengimplementasikan hasil-hasilnya. Apalagi, rapat kabinet telah memutuskan target perundingan ini bisa dirampungkan dalam dua tahun. "Indonesia perlu menjawab tantangan besar akibat menurunnya tren perdagangan Indonesia-Uni Eropa dalam lima tahun terakhir," katanya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 tahun terakhir (2011-2015) menunjukkan total nilai perdagangan Indonesia-Uni Eropa turun sekitar 5,4 persen per tahun. Hal itu berdampak pada penurunan surplus neraca perdagangan bagi Indonesia sebesar 14,5 persen per tahun pada periode waktu yang sama. Sementara itu, pada 2015, nilai surplus neraca perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa hanya mencapai US$ 3,5 miliar atau turun 16,7 persen dibandingkan nilai tahun sebelumnya yang mencapai US$ 4,2 miliar.

Apalagi, ekspor Indonesia ke Uni Eropa masih didominasi produk primer pertanian seperti minyak kelapa sawit, karet alam, dan kopra. Sebaliknya produk impor Indonesia dari Uni Eropa didominasi produk-produk industri seperti permesinan, peralatan telekomunikasi, suku cadang pesawat terbang, dan obat-obatan.

Dari sisi penanaman modal asing, nilai realisasi investasi Uni Eropa di Indonesia juga cenderung menurun. Pada 2014, nilai investasi Uni Eropa di Indonesia mencapai US$ 3,8 miliar, dan turun menjadi US$ 2,3 miliar pada 2015. Investasi Uni Eropa hanya menempati peringkat ke-4 terbesar bagi Indonesia.

Tom berharap IEU CEPA dapat menjadi pendorong untuk meningkatkan akses pasar, fasilitasi, dan kerja sama ekonomi di bidang perdagangan barang dan jasa, investasi, serta lainnya. IEU CEPA juga diharapkan dapat mengedepankan prinsip saling menghormati, saling percaya, dan saling menguntungkan. “IEU CEPA akan menjadi pendorong bagi peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar Uni Eropa serta meningkatkan peran Indonesia dalam global value chain,” ujarnya.

Sumber: Tempo
Tags: