Ini sejumlah risiko bagi market seminggu ke depan Unknown Senin, 18 Januari 2016


Sepekan ke depan, pergerakan market diprediksi akan liar.
Wall Street akan kembali beroperasi pada Selasa besok (19/1) setelah libur perayaan mengenang Martin Luther King pada hari ini.
Namun, sebelum pasar saham AS dibuka, para tradet sudah akan siap bereaksi atas sejumlah data kunci ekonomi China yang akan dirilis pada Senin malam. Termasuk di dalamnya fluktuasi di pasar saham global, dengan mempertimbangkan harga minyak dan mata uang.
Sekadar mengingatkan, pada akhir pekan lalu (15/1), pasar saham global ditutup memerah. Indeks S&P 500, misalnya, ditutup pada level 1.880 dan saat ini sudah merosot 8% sejak awal tahun ini.
Pada saat yang bersamaan, buyer sudah mulai beralih ke pasar surat utang yang dinilai lebih aman. Tak pelak, tingkat yield surat utang AS tertekan.
Sementara, harga minyak dunia sudah anjlok melampaui 10% pada pekan ini dan menembus ke bawah level US$ 30 per barel.
"Ada sejumlah kecemasan. Ada kecemasan mengenai minyak dan China. Saya rasa sangat sulit untuk mengetahui apa yang terjadi di China," jelas Jeff Kleintop, chief global investment strategist Charles Schwab.
China akan merilis data produksi industri, penjualan ritel, dan PDB pada Selasa pagi.
Pekan ini, Amerika juga akan merilis sejumlah data, yakni sentimen pengembang perumahan pada Selasa, CPI pada Rabu, dan penjuakan rumah eksisting pada Jumat.
Para analis juha menilai, musim rilis kinerja juga akan mempengaruhi pasar minggu ini. Sejumlah saham blue chips seperti IBM, American Express dan General Electric dijadwalkan akan merilis kinerjanya pekan ini. Demikian pula halnya dengan sejumlah perusahaan finansial seperti Goldman Sachs, Morgan Stanley, dan Bank of America.
Pendapatan perusahaan diramal akan turun 4,7% pada kuartal empat lalu. Sektor yang paling terpukul adalah sektor energi.

Sumber: Kontan
Tags: