Harga logam industri masih mati suri Unknown Senin, 05 Oktober 2015
Sepanjang kuartal III-2015, harga komoditas logam industri masih tertekan. Akhir tahun ini, analis memprediksikan, harga komoditas ini belum akan membaik. Berikut ini ulasan selengkapnya:
n Tembaga
Harga tembaga masih dibayangi tekanan jual hingga akhir tahun. Mengutip Bloomberg, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) Jumat (2/10) naik tipis ke US$ 5.100 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya di US$ 5.095 per metrik ton. Sepanjang kuartal III-2015, harga tembaga anjlok 11,6%. Namun sejak akhir 2014 atau year to date (ytd), harga terpangkas 19%.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, mengatakan, laju harga tembaga di kuartal III-2015 dipengaruhi perlambatan ekonomi China. Kini, China mewakili 40% konsumsi global per tahun.
Harga tembaga sempat di level terendah tahun ini di US$ 4.935 akhir Agustus dan tertinggi di Mei senilai US$ 6.480 per metrik ton. Di kuartal IV-2015, ada faktor yang dapat menahan penurunan harga tembaga. "Ada prediksi, defisit penawaran tembaga di tahun depan," ujar Andri.
Prediksinya, harga tembaga akhir tahun ini US$ 4.950–US$ 5.000 per metrik ton.
n Timah
Di kuartal III-2015, harga timah menguat 3,4%. Indonesia -salah satu produsen timah- membuat aturan baru ekspor timah, yakni melalui bursa. Pengamat komoditas Ibrahim bilang, itu mendorong penguatan harga. Jumat (2/10), harga timah pengiriman tiga bulan di LME naik 0,6% dibandingkan sehari sebelumnya, menjadi US$ 15.430 per metrik ton. Secara ytd, harga jatuh 19,7%.
Harga timah mencatat level tertinggi di Januari senilai US$ 19.900 dan terendah di Juli senilai US$ 13.850 per metrik ton.
Ibrahim berharap, indeks manufaktur China kuartal IV-2015 di atas 50 agar harga terangkat. Jika Fed menaikkan bunga akhir tahun ini, harga jatuh ke US$ 12.000 per metrik ton. Jika ditunda, timah naik ke US$ 17.000 per metrik ton.
n Nikel
Prospek harga nikel di kuartal IV belum banyak berubah. Jumat (2/10), harga nikel kontrak pengiriman 3 bulan di LME terkikis 0,19% ke US$ 10.030 per metrik ton. Sepanjang kuartal III, harga terpangkas 13,51%. Secara ytd, harga susut 33,79%.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst Fortis Asia Futures, menjabarkan, pelemahan ekonomi dunia menjadi biang kerok pelemahan harga. Manufaktur China dan Eropa terseret, sehingga mengikis permintaan nikel.
Di 24 Agustus lalu, nikel terlempar ke level terendah sejak Januari 2009 di US$ 9.515 per metrik ton. Harga terangkat setelah sejumlah perusahaan memangkas produksi. Di pengujung 2015 Deddy menduga, harga tertekan di US$ 9.000–US$ 9.800 per metrik ton.
n Aluminium
Harga di kuartal III-2015 turun 8,68%. Jumat (2/10), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di LME terkikis 0,51% ke US$ 1.558 per metrik ton. Secara ytd, turun 15,87%. Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures, bilang, dibanding komoditas logam industri lain, aluminium cukup stabil. Permintaan aluminium sebagai bahan baku otomotif tetap ada.
Harga aluminium 24 Agustus 2015 terperosok ke level terendah sejak Juni 2009 di US$ 1.521 per metrik ton. Sedangkan tertinggi di US$ 1.978 per metrik ton pada 5 Mei 2015. Akhir 2015, Wahyu memprediksi, harga di US$ 1.600 per metrik ton.
Sumber: Kontan