Jaga kantong tak bocor, MAPI kurangi diskon Unknown Selasa, 01 September 2015


Penjualan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) pada separuh pertama tahun ini tergerus penurunan daya beli masyarakat. Ditambah lagi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) semakin loyo. Meski begitu, peritel ini mencoba resep khusus demi memoles kinerja di sisa tahun ini.

Sekadar mengingatkan, sejatinya pada semester I-2015, pendapatan bersih MAPI naik 10,90% menjadi Rp 6,10triliun. Tapi, laba bersih anjlok 67,82% menjadi Rp 33,35 miliar.

Analis RHB OSK Securities Herman Tjahjadi menyebutkan, selain pelemahan daya beli masyarakat, keoknya rupiah menjadi faktor dominan pemberat kinerja MAPI. Maklum, sebanyak 60% produk MAPI adalah barang impor. Itu sebabnya ia menilai, kinerja perseroan masih berat selama rupiah masih terpuruk. Meski penghasilan lesu, setidaknya kinerja margin MAPI bisa lebih baik.

Analis Buana Capital Patricia Gabriela bilang, tidak adanya rencana menggelar periode diskon tambahan pada semester II, bisa menjadikan gross margin akan flat. "Sebelumnya, program diskon yang gencar digelar MAPI pada semester I-2015 menyebabkan margin tergerus," tulisnya dalam riset per 10 Agustus 2015.

Tiesha Narandha Putri, Analis Samuel Sekuritas, menambahkan, sejak tahun lalu, MAPI menghadapi masalah kelebihan inventory. Tak heran, perusahaan menggelar program diskon untuk mengurangi persediaan. Tapi, MAPI telah signifikan mengurangi program diskon sejak Juni lalu, setelah porsi inventory mencapai level yang diinginkan.

"Kami menduga, margin mulai terangkat pada kuartal III-2015," imbuhnya. Selain itu, perusahaan mengurangi beban bunga dengan melunasi sebagian utang bank.

Kata Herman, dana segar dari CVC Capital Partner yang masuk lewat skema penerbitan obligasi untuk membayar utang. Sehingga perolehan laba bersih diharapkan bisa meningkat.

Terimbas pajak impor

Meski demikian, MAPI masih menghadapi tantangan lain. Salah satunya, kebijakan pemerintah mengerek bea masuk barang impor. Patricia menilai, emiten ini pasti terkena dampak beleid tersebut. Namun, MAPI masih memiliki kelonggaran. Sebab 44% dari produk impor berasal dari negara free trade agreement (FTA), seperti China.

Menurut Patricia, merespons kenaikan tarif impor, manajemen MAPI mungkin akan mengerek harga rata-rata sekitar 5% untuk beberapa produk mahal. Asumsinya, jika MAPI tidak mengerek harga jual, gross margin tahun ini dan tahun depan masing masing sebesar 46,1% dan 46,6%.

Tiesha menilai, MAPI masih berpeluang menaikkan harga jual, sebab konsumennya dari segmen menengah-atas. "Kenaikan harga jual rata-rata sebesar 4%-5% cukup untuk melawan dampak kenaikan tarif impor," hitungnya. Prediksi Patricia, pendapatan MAPI tahun ini naik 11,51% menjadi Rp 13,18 triliun.

Lalu, laba bersih tumbuh 141,83% menjadi Rp 179 triliun. Maka, ia merekomendasi beli saham MAPI dengan target harga Rp 6.100 per saham. Tiesha juga menyarankan beli saham MAPI dengan target Rp 5.400 per saham. Lalu, Herman memasang rekomendasi netral dengan target Rp 5.000 per saham. Kemarin, saham MAPI tak beranjak dari Rp 4.000 per saham.

Sumber

Tags: saham onlineinvestasi sahamtrading saham onlinetrading saham indonesiabroker saham indonesiabroker saham online indonesia
Tags: