Harga gas alam kembali hangat Unknown Selasa, 29 September 2015


Harga gas alam kembali menghangat. Rencana Ukraina membeli stok gas dari Rusia menimbulkan harapan permintaan gas bakal meningkat.

Mengutip Bloomberg, Senin (28/9) pukul 19.05 WIB, gas alam pengiriman November 2015 di New York Merchantile Exchange naik 2,77% ke level US$ 2,70 per mmbtu. Padahal, akhir pekan lalu, harganya sempat terjungkal ke level US$ 2,63 per mmbtu. Ini harga termurah setidaknya sejak 2008. Bila dihitung sejak akhir tahun lalu, harga gas alam tercatat turun 14,70%.

Pekan lalu Ukraina sepakat membeli gas dari Rusia untuk mengamankan pasokan musim dingin hingga Maret 2016. Rencana tersebut didukung Komisi Eropa. Maklum, negara-negara Uni Eropa juga membeli sebagian pasokan gas dari pipa pengiriman gas Ukraina-Rusia.

Sebelumnya, per Juli lalu, pengiriman sempat dihentikan karena sengketa harga dan permasalahan utang. Analis Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim menilai, kabar pulihnya hubungan dagang Rusia-Ukraina meniupkan angin segar ke pasar. Sebab, ada peluang permintaan gas lebih besar dari Eropa.

Tapi, lanjut Ibrahim, harga gas alam masih rawan jatuh. Pasalnya, permintaan dari Amerika Serikat justru mulai surut seiring berakhirnya musim panas. "Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar pendingin ruangan berkurang," jelas dia. Penurunan permintaan di Negeri Paman Sam tercermin dari kenaikan stok gas.

Per Jumat lalu, stok di AS naik 106 miliar kaki kubik menjadi 3,44 triliun kaki kubik. Kenaikan pasokan melebihi rata-rata perkiraan para analis, yaitu 99 miliar kaki kubik. "Tambahan stok yang melebihi antisipasi akan membebani pasar," ujar Phil Flynn, Analis Senior Price Futures Group, seperti dikutip Bloomberg, Senin (28/9).

Belum lagi, dollar AS yang semakin mahal berefek negatif pada harga komoditas, termasuk gas alam. Dollar akan semakin kuat selama data ekonomi AS cukup solid. Maka, Ibrahim menduga, gas alam masih dalam tren bearish. 

Peluang kenaikan terbuka pada musim dingin, pertengahan Desember nanti. Prediksi Ibrahim, hingga akhir pekan ini, harga masih rentan turun di kisaran US$ US$ 2,59-US$ 2,7 per mmbtu.

Sumber: Kontan
Tags: