Komoditas menjanjikan di jangka panjang Unknown Rabu, 26 Agustus 2015


Anjloknya harga komoditas global berimbas negatif pada komoditas tulang punggung tanah air. Sejumlah kebijakan baru yang dibuat Pemerintah Indonesia belum berhasil menopang harga.

Lihat saja harga timah. Mengutip Bloomberg, Selasa (25/8) pukul 11.50 WIB, harga timah pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 2,40% ke US$ 14.390 per metrik ton ketimbang hari sebelumnya. Dibanding akhir 2014, terpangkas 25,82%.

Untuk menopang pergerakan harga, Sabtu (1/8)  pemerintah merilis Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) tentang ketentuan ekspor timah. Menurut aturan itu, baru PT Timah Indonesia Tbk yang mendapatkan izin. Artinya, pasokan timah ke pasar global bakal menyusut. Research and Analyst PT Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, aturan tersebut semestinya bisa mengangkat harga. Sayang,  tekanan global lebih besar. “Permintaan China lesu karena  sedang fokus menggenjot ekspor,” papar Deddy. China merupakan konsumen terbesar timah Indonesia.

Hingga akhir 2015, ia menduga harga bisa rontok di US$ 13.500 per metrik ton. Namun di jangka panjang sekitar 5 tahun, aturan ini berdampak positif dan mengangkat harga ke US$ 17.000 per metrik ton.
Komoditas lain, yakni minyak sawit atau crude palm oil (CPO) sami mawon. Harga CPO pengiriman November 2015 di bursa Malaysia Derivative Exchange kemarin turun 0,09% menjadi RM 1.881 per metrik ton. Sejak akhir 2014, harga menyusut 15,04%.

Lima tahun ke depan, kebutuhan CPO diprediksi 78 juta ton. Ini menjadi peluang Indonesia. “Dari kebutuhan itu, Indonesia bisa memasok sekitar 40 juta ton,” kata Deddy.

Indonesia menerapkan kebijakan CPO fund, produsen sawit dipungut US$ 50 untuk setiap ton ekspor CPO dan US$ 30 untuk ekspor produk turunannya. Aturan pajak ini bisa membawa dampak positif di jangka panjang.

Di sisi lain, produksi sawit melimpah. Menurut prediksi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, produksi CPO Indonesia 2015 naik menjadi 31,25 juta metrik ton dibanding 2014. Sedangkan ekspor CPO Indonesia Juli 2015 anjlok 20% menjadi 1,92 juta ton dibanding Juni 2015. Akhir 2015, Deddy menduga CPO di RM 2.100–RM 2.300 per metrik ton.

Batubara juga belum bangkit. Senin (24/8) harga pengiriman September 2015 di bursa ICE Futures Exchange turun 0,97% ke US$ 55,95 per metrik ton. Dibanding akhir 2014, tergerus 6,9%. “Melemahnya minyak menambah beban batubara,” ujar Wahyu Tri bowo Laksono, Analis Central Capital Futures.
Pelemahan ekonomi global turut menyeret batubara. Wahyu memprediksi, harga batubara di akhir tahun US$ 50–US$ 60 per metrik ton.

Sumber

Tags: saham onlineinvestasi sahamtrading saham onlinetrading saham indonesiabroker saham indonesiabroker saham online indonesia
Tags: