Eropa tak mampu angkat harga si hitam Unknown Kamis, 20 Agustus 2015


Harga batubara bergerak fluktuatif, tapi masih berada di bawah US$ 60 per metrik ton. Peningkatan konsumsi batubara oleh sebagian besar negara di Eropa nyatanya tak mampu mengerek harga si hitam.
Mengutip Bloomberg, Selasa (19/8), harga batubara kontrak pengiriman September 2015 di bursa ICE Commodity Exchange turun 1,8% menjadi US$ 57,05 per metrik ton. Selama sepekan harga batubara menukik 4,11%.

Di tengah goncangan isu lingkungan, sebenarnya sebagian besar negara Eropa masih bergantung pada bahan bakar batubara untuk menghasilkan listrik. Wajar, jika Kolombia sebagai salah satu pemasok batubara terbesar ke Eropa menggenjot produksi. Tahun 2014, Kolombia menghasilkan 88,6 juta ton batubara. Negara tersebut menargetkan produksi lebih dari 100 juta ton di 2018.

Wahyu Tribowo Laksono, Analis Central Capital Futures, mengatakan, permintaan batubara dari Eropa cukup menopang harga batubara saat ini. Namun, pengaruhnya terhadap kenaikan harga tak signifikan karena komoditas ini dalam tren melemah.

Potensi penguatan dollar AS karena spekulasi kenaikan suku bunga The Fed masih akan menekan harga komoditas. "Pertumbuhan ekonomi global melambat, apalagi ada ancaman penurunan permintaan dari China," ujar Wahyu.

Senada, Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, menuturkan, permintaan Eropa hanya dapat mengangkat harga secara teknikal. Namun, prospek batubara jangka panjang masih bearish.
China masih menjadi konsumen batubara terbesar di dunia. Maka keputusan People's Bank of China (PBoC) untuk mendevaluasi yuan memberi sentimen negatif bagi harga. Apalagi, impor batubara Tiongkok juga menurun.

Deddy mencatat, impor batubara China dalam tujuh bulan pertama tahun ini turun 33,7% year on year (yoy) menjadi 121,12 juta ton. Lalu, India sebagai konsumen terbesar kedua membatasi impor dan pilih menggunakan batubara dalam negeri. Sementara, Indonesia sebagai salah satu penghasil batubara terbesar di dunia mengalami penurunan ekspor. Dalam tujuh bulan pertama tahun ini, ekspor batubara turun 18% yoy menjadi 186,8 juta ton.

Isu lingkungan 

Deddy memaparkan, penurunan harga batubara awalnya karena isu lingkungan. Banyak negara mulai membatasi penggunaan batubara. "Hanya batubara dengan kalori tertentu yang boleh dipakai," ujar Deddy.
Hal ini juga sedang terjadi di Amerika Serikat (AS). yang sedang menggalakkan program Clear Power Plan di AS. Negeri Paman Sam bertekad mengurangi emisi karbon dioksida dari pembangkit listrik sebesar 32% di tahun 2030 berdasarkan tingkat emisi di tahun 2005. Selanjutnya batubara digantikan dengan solar, angin atau gas alam.

Secara teknikal Deddy mengatakan, harga batubara bergerak di bawah moving average (MA) 50, 100 dan 200. MACD minus dan RSI di level 32. Indikator stochastic juga masih oversold di angka 5 yang mengindikasikan potensi pelemahan. Kamis (20/8), Deddy menduga, harga batubara melemah di kisaran US$ 56,4- US$ 56,75 per metrik ton.

Sepekan, harga batubara diperkirakan di US$ 55,65-US$ 56 per metrik ton. Sedangkan Wahyu menebak, harga US$ 55-US$ 60 per metrik ton sepekan ke depan.

Sumber

Tags: saham onlineinvestasi sahamtrading saham onlinetrading saham indonesiabroker saham indonesiabroker saham online indonesia
Tags: