Investor Australia Berminat Bangun 'PLTG Raksasa' Terbesar di Indonesia Unknown Senin, 10 Oktober 2016
Jakarta - PT Banten Global Development (BGD), badan usaha milik daerah (BUMD) Provinsi Banten, pagi ini menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan para pengusaha yang tergabung dalam Australia Indonesia Business Council (AIBC) untuk mengembangkan kawasan industri terpadu di Teluk Naga, Banten.
Salah satu yang direncanakan akan dibangin oleh investor Australia dalam kawasan industri terpadu tersebut adalah pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) 3 x 450 MW, atau dengan kata lain total kapasitasnya 1.350 MW.
Bila itu terealisasi maka akan menjadi PLTG terbesar di Indonesia. Sebagai pembanding, PLTG terbesar yang ada saat ini adalah PLTG Arun 184 MW dan PLTG Bangkanai 155 MW. Bahkan kalau PLTG Arun dan Bangkanai digabung pun kapasitas totalnya baru 339 MW.
Direktur Utama BGD, Sudibyo, mengungkapkan bahwa sudah ada calon investor asal Negeri Kangguru yang serius ingin membangun PLTG raksasa di Teluk Naga. Setelah MoU ini diteken, calon investor itu langsung melanjutkan komitmennya.
"Ada calon investor, saya belum bisa sampaikan sekarang namanya. Tapi mereka sangat berminat dan itu akan segera jalan. Mereka tunggu ini (MoU), begitu MoU jalan, soundingnya sudah jelas, mereka masuk mereka commited," kata Sudibyo usai penandatanganan MoU di Kantor BKPM, Jakarta, Senin (10/10/2016).
Rencananya PLTG 1.350 MW dibangun dalam 3 tahap sampai 2022. Untuk tahap awal akan dibangun dulu 450 MW. Nilai investasi untuk tahap awal kurang lebih US$ 450 juta.
"Nilai investasinya banyak. Power plant 450 MW berarti kira-kira US$ 450 juta, begitu katanya," ujar Sudibyo.
Tapi masih harud dilakukan feasibility studies (studi kelayakan) dulu untuk pembangunan PLTG raksasa ini, belum diketahui rencana detil proyek ini. PWC telah ditunjuk untuk melakukan berbagai kajian, mulai dari aspek komersial hingga aspek legal yang harus dipenuhi.
"Mestinya butuh waktu. Kan tidak hanya butuh feasibility studies, commercial, tapi feasibility-nya macam-macam. Makanya nanti kami akan perlu konsultasi dengan konsultan yang ditunjuk, AIBC sudah menunjuk PWC. Saya disana ingin agar studi kelayakan tidak hanya komersial tapi kelayakan dari segi legalnya seperti apa, operasionalnya seperti apa, teknisnya kalau industrinya ada beberapa macam seperi apa," paparnya.
PLTG 1.350 MW tersebut rencananya tidak hanya untuk memasok listrik ke kawasan industri, tapi juga daerah sekitarnya. Ketersediaan listrik tersebut akan sangat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya untuk mendorong perekonomian.
"Power plant itu akan dukung pengembangan daerah ini. Yang bisa dikembangkan ada industri, perumahan, segala macam. Jadi ini nanti akan jadi daerah cukup besar yang bisa dikembangkan kegiatan petekonomiannya sehingga bisa memberi manfaat banyak bagi masyarakat Banten," Sudibyo menerangkan.
Sementara itu, Deputi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis, mengingatkan agar kerja sama ini tidak hanya berhenti di MoU, harus benar-benar terealisasi. Pihaknya siap membantu agar proyek bisa dijalankan.
"MoU hanya perjanjian, yang kami inginkan adalah investasi sebenarnya. MoU sudah banyak sekali, yang penting itu realisasinya. Mudah-mudahan setelah ini akan dimulai berbagai kegiatan untuk merealisasikannya. Kalau ada yang membutuhkan bantuan dari pusat, silakan infokan ke kami, kami akan mencoba memfasilitasi," tegasnya.
Sumber: Detik