Kali ini, sosialisasi dilakukan dengan menggandeng Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jakarta Raya (Hipmi Jaya). Hal itu diungkapkan oleh Tri Antoro Muliawan, Ketua Bidang Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Hipmi Jaya.
Menurut Tri, saat ini, minat anggota Hipmi untuk melakukan IPO terbilang besar. “Semoga ke depannnya, anggota Hipmi Jaya tidak takut untuk IPO,” ujar Tri.
Apalagi, lanjut Tri, otoritas bursa mulai memperhatikan keberadaan UKM. Sebagai bukti, BEI mau memberlakukan kriteria khusus bagi UKM yang ingin mencatatkan sahamnya. Tidak hanya itu, audit kelayakan perusahaan layak atau tidak juga akan dilakukan BEI.
“BEI akan membantu kekurangan UKM dan persyaratan apa saja yang harus dipenuhi,” kata Tri.
Meski demikian, dia tidak menampik adanya sejumlah masalah yang menghadang UKM dalam melakukan IPO. Di antaranya, banyak dari UKM yang masih perusahaan keluarga sehingga membutuhkan persetujuan keluarga jika ingin IPO. "Padahal, bila sudah IPO, maka perusahaan itu bisa berkembang leibh jauh," jelasnya.
Masalah lainnya, laporan keuangan UKM juga masih merupakan laporan keuangan inhouse. Artinya, mereka belum menggunakan akuntan publik dalam menuliskan laporan keuangan sehingga belum tersertifikasi.
Tri sendiri juga merupakan direktur PT Nordli Turbindo. Perusahaannya bergerak di bidang jasa untuk perbaikan dan perawatan rotating equipment. Kliennya banyak berasal di bidang minyak dan gas, seperti Chevron dan Pertamina. Untuk tahun ini, ia masih ingin membenahi persyaratan untuk masuk IPO.
“Tahun ini masih membenahi persyaratan. Mungkin tahun depanlah kami akan IPO,” ujarnya.
Sumber: Kontan
