BBCA terangkat sentimen penurunan bunga kredit Unknown Kamis, 31 Maret 2016



JAKARTA. Iklim perekonomian tahun 2016 diprediksi kembali stabil. Sentimen positif itu bakal membantu kinerja perbankan. Salah satunya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Bahkan, analis Phillip Securities Milka Mutiara menilai, BBCA memiliki potensi kenaikan kinerja yang cukup besar. Sedikitnya ada tiga faktor pendorong. Pertama, rendahnya bunga pinjaman yang bakal meningkatkan permintaan kredit.
Diperkirakan, pengucuran kredit perbankan terafiliasi Grup Djarum tersebut melesat antara 12% sampai 14% ketimbang tahun lalu ,yang sebesar Rp 378,62 triliun. Sebenarnya, penurunan bunga kredit akan berdampak pada menipisnya margin bunga bersih atau net interest margin (NIM).
Tapi hal itu dikompensasikan dari jumlah permintaan kredit yang lebih banyak. "Selain itu, biaya dana juga lebih rendah," tutur Milka, Selasa (29/3). Nah, jika pemerintah memberlakukan bunga kredit single digit, NIM BBCA akan turun sekitar 50 basis point (bps).
Kedua, BCA bakal memaksimalkan peluang di industri properti. Salah satu strateginya adalah memberikan tenor jatuh tempo pinjaman lebih panjang. Alhasil, BBCA diperkirakan memiliki tambahan penyaluran kredit properti sekitar Rp 5 triliun.
"Faktor pendukung yang terakhir adalah, perbaikan pada pinjaman written-off yang mendekati posisi 70%, ini didukung oleh jaminan aset yang tinggi," jelas Milka.
Menekan NPL
Kinerja kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) BBCA tahun ini diperkirakan berada di atas 1%. Tapi, dengan restrukturisasi, Milka yakin, BBCA mampu mencatat NPL direntang 0,8% sampai 1%.
Berbeda dengan Milka, analis DBS Vickers Securities Lim Sue Lin meramal, NPL BBCA bakal menebal menjadi 1,5%. "Tekanan NPL akan datang dari rendahnya harga komoditas," ujarnya, dalam riset 22 Maret lalu.
Seperti diketahui, BCA memiliki portofolio penyaluran kredit ke sektor komoditas seperti minyak dan gas (migas). Pada semester I-2016, sektor migas cenderung loyo dan berpotensi menggangu pembayaran utang. Melihat kondisi tersebut, BBCA mungkin terlihat bearish.
Tapi, Lim menekankan, BBCA memiliki posisi likuiditas dan neraca keuangan yang solid ketimbang para kompetitornya. Ini yang menyebabkan saham BBCA premium. Jadi, sentimen bearish tersebut justru bisa memberikan keuntungan tersendiri bagi para investor.
Kondisi seperti ini menjadi saat yang tepat mengkoleksi saham bank tersebut. Senada dengan Milka, analis Buana Capital Suria Dharma menyukai BBCA, karena kucuran kredit propertinya.
Dalam riset 18 Maret lalu dia menjelaskan, kredit properti BBCA memiliki porsi 15,3% terhadap total kucuran kredit tahun lalu. Yang menarik adalah, NPL jenis pinjaman ini sangat rendah, yakni hanya sekitar 0,4%.
Milka merekomendasikan hold BBCA, tapi dengan target harga yang telah direvisi menjadi Rp 13.810 per saham. Sementara, Lim dan Suria merekomendasikan buy BBCA dengan target harga masing-masing sebesar Rp 15.500 per saham dan Rp 15.600 per saham. 

Sumber: Kontan
Tags: