Mobile Payment Diprediksi Makin Masif 5 Tahun ke Depan Unknown Kamis, 04 Februari 2016
Layanan financial inclusion berbasis mobile payment diprediksi semakin masif penggunaannya dalam lima tahun mendatang.
Bahkan Indosat Ooredoo berani memasang target nilai transaksi Rp5 triliun pada 2016.
Randy Pangalila, Group Head Mobile Financial Services PT Indosat Tbk dalam acara Media Gathering Indosat Ooredoo di Manado, Selasa (2 Februari 2016) malam, mengemukakan emiten itu menargetkan volume dan nilai transaksi dari bisnis jasa mobile financial services (MFS) alias pembayaran e-money tumbuh dobel tahun ini.
Potensi pasar yang besar menjadi bekal optimisme perusahaan itu.
Sebagai gambaran, volume transaksi MFS Indosat pada 2015 sebanyak 42 juta, atau tujuh kali lipat lebih besar dibandingkan dengan 2014 yang sebanyak 5,3 juta.
Sementara, catatan nilai transaksi MFS pada 2015 sebesar Rp2,5 triliun. Nilai transaksi ini tumbuh lebih dari 13 kali ketimbang catatan pada 2014 yang sebesar Rp 0,19 triliun.
Hanya, Indosat tak membeberkan realisasi pendapatan MFS pada 2015 maupun 2014. Mereka juga menutup rapat target pendapatan MFS tahun ini.
"Masih kecil-lah, tahun ini saja target kontribusinya masih di bawah 1% dari target Indosat yang Rp 28 triliun," ujar Randy.
Selain potensi pasar yang masih besar, Indosat akan mengandalkan dua hal. Pertama, jaringan agen penjual yang tersebar di seluruh Tanah Air. Catatan perusahaan itu per Desember 2015, dari 400.000 agen penjual, 222.000 di antaranya sudah melayani jasa MFS.
Sementara, dari jumlah agen yang melayani jasa MFS tersebut, 114.713 mereka kategorikan sebagai agen aktif.
Kedua, tambahan produk anyar. Tahun ini Indosat meluncurkan 11 produk anyar. Beberapa di antaranya adalah Dompetku Nusantara, Dompetku One Bill Payment dan Dompetku Pinjaman Kilat. Aneka jasa layanan tersebut akan meluncur secara bertahap.
Pihak Indosat menyebut tahun lalu sebagai tahun investasi bisnis digital. Indosat mendanai investasi bisnis digital tahun lalu dari dana belanja modal alias capital expenditure (capex) 2015 sebanyak Rp 8 triliun.
Disebutkan, tahun ini bisnis mobile finansial service mulai tumbuh, dan terus berkembang. Indikator itu, tambahnya, bisa tergambarkan dari transaksi masyarakat yang kini banyak dilakukan hanya melalui gadget.
"Kita bisa tanyakan ke diri sendiri, Anda berapa sering pergi ke bank dalam satu minggu? Jarang kan. Mereka kini lebih banyak melakukan transaksinya melalui gadget."
Randy menambahkan, OJK juga sudah menjanjikan nilai transaksi berbasiskan mobile bisa diizinkan bisa mencapai Rp10 juta, dari semula Rp5 juta.
Sumber: Tempo