Laju otomotif belum akan kencang Unknown Senin, 28 Desember 2015


Dewi Fortuna tak berpihak pada industri otomotif pada tahun ini. Lemahnya daya beli menjadi faktor utama kelesuan industri ini. Bahkan, sektor otomotif cenderung mencatat peforma yang lebih buruk dibanding 2014.

Lihat saja, rata-rata laba operasional sektor otomotif pada kuartal III-2015 tercatat merosot sekitar 2,2%. Padahal, di kuartal III-2014, pertumbuhannya masih 0,3%. Laba bersihnya malah jauh lebih buruk. Rata-rata laba bersih sektor ini turun 22,9%. Angka ini jauh lebih buruk ketimbang periode kuartal III-2014 dengan penurunan 3,2%.

"Kondisi ini menyebabkan harga saham sektor otomotif terdiskon jauh, menjadi underperform," kata Harry Su, analis Bahana Securities.

Secara year to date (ytd), harga saham sektor otomotif berada 3% di bawah IHSG. Tekanan ini diprediksi masih akan berlanjut tahun depan. Otomatis, industri penunjang sektor otomotif turut terkena dampak negatifnya.

Leonardo Henry Gavanza, analis Bahana Securities, menambahkan, volume penjualan otomotif tahun depan diprediksi masih akan flat. Ada potensi pertumbuhan, tapi sifatnya terbatas.

Menurut Leonardo, ada potensi kenaikan penjualan kendaraan seiring dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah. Tapi, ini hanya akan terlihat langsung dampaknya terhadap penjualan kendaraan komersil.
"Untuk kendaraan penumpang, multiplier effect berupa kenaikan permintaan jenis kendaraan ini baru akan terlihat pada semester kedua," jelas Leo.

Persaingan antarprodusen otomotif tahun depan juga akan semakin ketat. Akibatnya, produsen otomotif ngebut meluncurkan produk baru demi mempertahankan pangsa pasar. Para produsen juga tak segan-segan menggelar diskon besar-besaran untuk menarik minat pembeli.

Berarti, proporsi penjualan mobil dengan harga yang lebih murah meningkat. Ini menyebabkan rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) produk ikut turun. "Pada akhirnya, margin ikut tergerus," tandas Leo.

Leo menilai, PT Astra International Tbk (ASII) paling terpapar risiko ini. ASII sudah sulit bergerak, tidak memiliki ruang yang besar lagi untuk memainkan pangsa pasar dan margin, seiring jumbonya skala dan penetrasi penjualan perusahaan.

PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) mengikuti di belakangnya. Hanya saja, tekanan market share dan margin IMAS lebih dipicu oleh ekspansi.

Jadi, tidak ada salahnya menghindari saham sektor otomotif dan justru mencermati saham sektor penunjangnya. Leo menyukai saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL). Pasalnya, terlihat ada pemulihan kinerja GJTL. GJTL memang bermain di pasar ban untuk segmen menengah ke bawah.

Artinya, segmen ini memberikan potensi margin yang lebih tipis. Tapi, GJTL juga menggarap bisnis ritel yang memberikan margin lebih tinggi. Tahun depan, GJTL diperkirakan memiliki 135 outlet, naik sekitar 10% dibanding estimasi realisasi penambahan outlet tahun ini.

"Kami juga melihat tekanan yang minimal dari tingginya kurs dollar dan harga komoditas," imbuh Leo.
PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) juga layak untuk dicermati. Produsen filter kendaraan bermotor ini memiliki fundamental yang lumayan oke, khususnya dari sisi ekspor yang stabil.

Chandra Pasaribu, analis Indopremier Securities, dalam riset menjelaskan, pasar ekspor masih menjadi sumber utama pemasukan SMSM. Asia dan kawasan Amerika Serikat (AS) menjadi sasaran utama SMSM.

Porsi ekspor Asia dan AS pada semester I masing-masing 12,6% dan 9,2% terhadap total penjualan. Penjualan ke Eropa memang menurun. Tapi, penjualan ke Asia dan AS masih menjadi penetralisir lesunya penjualan suku cadang kendaraan bermotor di dalam negeri.

"Pelemahan rupiah juga memberikan efek positif, membuat margin kotor dan margin operasi SMSM relatif positif," papar Chandra.

Sumber: Kontan
Tags: