Peritel sulit menahan guncangan Unknown Senin, 09 November 2015


Emiten ritel yang terhitung tahan banting tampaknya, ternyata sulit menahan efek perlambatan ekonomi tahun ini. Bisnis sejumlah peritel tertekan akibat pelemahan daya beli, sehingga kinerjanya tumbuh mini.

PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) misalnya. Hingga kuartal ketiga 2015, ACES mencatat pendapatan Rp 3,45 triliun, tumbuh tipis 3% dibandingkan periode sama 2014. Laba bersih ACES hanya naik 4% menjadi Rp 393 miliar.

PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan 9% menjadi Rp 9,4 triliun. Tapi laba bersihnya anjlok 82% menjadi Rp 20 miliar.

Penurunan juga dialami PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS). Kuartal III-2015 pendapatannya Rp 4,27 triliun turun 8% dibanding periode sama 2014 sebesar Rp 4,63 triliun. Laba bersihnya anjlok 10% menjadi Rp 304 miliar.

Namun PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mampu membukukan pendapatan bersih Rp 6,81 triliun, naik 13% dibanding periode sama 2014. Laba bersihnya melejit 30% menjadi Rp 1,38 triliun.

ACES terbatas

Muhamad Farhan, Analis Phillips Securities, menjelaskan, ACES tidak bisa luput dari melemahnya daya beli. Hal ini juga membuat ekspansi ACES terbatas. "Sebelumnya, ACES menargetkan akan membuka 15 gerai tahun ini, tapi direvisi menjadi hanya 10 gerai," ujar Farhan.

Terbatasnya gerai, otomatis akan membuat jangkauan dan penetrasi pasar ikut terbatas. Sebab, hanya ekspansi berupa pembukaan gerai baru yang bisa dilakukan peritel guna menjangkau pasar lebih luas.

Dari awal tahun hingga September lalu, total luas seluruh gerai ACES 16.256 meter persegi. Ini merupakan pertumbuhan paling lambat dalam empat tahun terakhir. Selain pelemahan daya beli, terbatasnya ekspansi lantaran pertumbuhan same store sales growth (SSSG) ACES di luar Pulau Jawa masih negatif.

Sejauh ini, gerai di Jakarta masih mencatat pertumbuhan SSSG terbaik sebesar 3,1%.

RALS di luar ekspektasi

Awalnya, RALS diprediksi merupakan emiten ritel paling tertekan. Sebab, RALS bermain di segmen menengah ke bawah yang rentan perubahan harga.

Ketika ada kenaikan harga, permintaannya langsung turun. RALS juga sulit beralih ke segmen menengah atas lantaran pasarnya sudah diserap pemain besar lain.

Johanes Prasetya, analis BCA Sekuritas, dalam riset 5 November 2015 menjelaskan, secara year on year (yoy) kinerja RALS menurun. Tapi secara kuartalan, kinerjanya justru naik signifikan. Juli-September, penjualan RALS Rp 1,74 triliun, naik 24% dibandingkan April-Juni. Bahkan, laba bersih melompat 151% menjadi Rp 85 miliar.

"Di luar ekspektasi, RALS justru bisa memaksimalkan momen Lebaran dan musim tahun ajaran baru," tandas Johanes.

LPPF menarik 

Kinerja LPPF menarik. Laba bersihnya tumbuh 30% saat pemain lain tak bisa tumbuh double digit. Pertumbuhan laba bersih ini imbas berkurangnya utang.

"Di sisi lain, LPPF juga gencar membuka gerai," tambah Farhan.

Fransisca M. Putri, Analis Kresna Securities, dalam riset 23 Oktober lalu, bilang, fokus LPPF masuk ke kelas menengah sangat tepat. Maklum, 60% populasi Indonesia merupakan golongan kelas itu. LPPF juga cerdik.

Sadar persaingan di kota utama atau tier pertama sudah sesak, mereka melirik kota lapis kedua. LPPF berencana membuka 51,1% gerai baru di tier kedua, khususnya di luar Jawa. " Persaingan kota tier II masih sedikit.

Ditambah lagi, kenaikan upah minimum di kota tersebut akan membuat pengeluaran masyarakat meningkat, dan ini peluang bagi LPPF," jelas Fransisca.

MAPI Paling loyo

MAPI mencatat kinerja yang paling loyo di antara emiten ritel. Selain tertekan oleh konsumen yang mulai selektif terhadap harga, kinerja MAPI juga tertekan oleh utang dan depresiasi nilai tukar rupiah.

Matthew Wibowo, Analis Mandiri Sekuritas, mengatakan, pencapaian laba bersih MAPI hanya 10% dari konsensus. Ini karena refinancing obligasi pada Juni 2015 lalu. Ditambah lagi, MAPI mencatat rugi kurs Rp 28,4 miliar sepanjang Juli-September 2015.

Sebelumnya, sepanjang Januari hingga Juni 2015, emiten ini sudah menderita rugi kurs senilai Rp 24 miliar.

Sumber: Kontan
Tags: