Berharap kinerja harum dari bisnis setrum Unknown Jumat, 21 Agustus 2015


Lantaran harga minyak mentah yang tak kunjung bergairah, PT Medco Energy International Tbk melirik bisnis lain. Emiten yang berkecimpung di bisnis minyak dan gas (migas) ini berniat menjual setrum lewat proyek pembangkit listrik.

Emiten berkode saham MEDC ini berharap, dapat ikut merasakan arus positif dari program listrik 35.000 megawatt yang tengah digadang-gadang pemerintah. Oleh sebab itu, Medco mengincar beberapa tender pembangkit listrik.

MEDC punya pendanaan yang cukup dari kas dan penerbitan surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) senilai US$ 100 juta. Harapannya, bisnis pembangkit listrik ini dapat mendorong pendapatan MEDC agar tak terlalu terseret pelemahan harga minyak.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menilai positif niat MEDC  terjun di bisnis pembangkit listrik. Sebab, bisnis minyak dan gas tengah lesu lantaran harga jual rata-rata yang terkapar.  "Kebutuhan listrik Indonesia masih sangat besar jadi masih memungkinkan untuk terjun di bisnis ini," kata Hans.
 
MEDC melaporkan rugi tahun berjalan US$ 15,82 juta pada semester pertama 2015, bertolak belakang dengan semester I tahun lalu dengan laba tahun berjalan US$ 10,18 juta.  Di semester I-2015, pendapatan MEDC turun 22,42% menjadi US$ 273,77 juta.

Hasan, Analis Ciptadana Securities, dalam riset per 24 Juli 2015 menilai, penurunan pendapatan akibat jatuhnya harga jual rata-rata minyak mentah dan lebih rendahnya tingkat produksi minyak MEDC. Hasan mencatat, produksi minyak yang lebih rendah terbebani oleh berakhirnya kontrak dengan PLN Borang, PLN Muara Tawar, dan PLN Indralaya di blok South Central Sumatra. 

Di sisi lain, MEDC melalui anak usahanya di Oman yaitu Medco LLC telah mendapatkan perpanjangan kontrak selama 25 tahun dari Pemerintah Oman setelah mampu mempertahankan produksi selama sembilan tahun.

Arandi Ariantara, Analis Bahana Securities, menilai, perpanjangan kontrak dapat menopang kelangsungan produksi MEDC dalam 25 tahun mendatang. Namun, "Dalam jangka pendek ada risiko adjustment harga pasar dari lapangan minyak dan gas," ujarnya kepada KONTAN (20/8).

Arandi menduga, sampai akhir tahun ini harga minyak mentah sulit rebound lantaran Tiongkok sebagai salah satu pembeli terbesar terkena perlambatan ekonomi. Selain itu kondisi kelebihan pasokan minyak akan makin  parah jika Iran menggenjot ekspor minyak mentah pascapencabutan sanksi nuklir. 

Meski masa depan harga minyak suram, Hasan menilai harga gas sampai akhir tahun akan stabil. Prediksinya, harga jual rata-rata gas tahun ini US$ 5,7 per mmbtu, naik 5% ketimbang US$ 5,4 per mmbtu tahun lalu. Hasan memprediksi, pendapatan MEDC tahun ini akan menyusut 15,57% dibandingkan tahun 2014. Laba bersih akan turun 14,29%.

Hasan merekomendasikan hold saham MEDC dengan target harga Rp 2.270. Franky Kumendong Analis UOB Kay Hian merekomendasikan hold Rp 2.550.

Erindra Krisnawan, Analis CIMB merekomendasikan hold dengan target harga Rp 3.230. Kemarin, harga saham MEDC turun 7,28% menjadi Rp 1.910 per saham, terendah sejak Januari 2014.

Sumber

Tags: saham onlineinvestasi sahamtrading saham onlinetrading saham indonesiabroker saham indonesiabroker saham online indonesia
Tags: